Lihat ke Halaman Asli

Muharika Adi Wiraputra

TERVERIFIKASI

welcome my friend

Mengenal Musik Keroncong hingga Wacana Masuk Warisan Budaya Tak Benda UNESCO

Diperbarui: 8 Februari 2025   09:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keroncong Tugu (sumber gambar: KOMPAS/MATHIAS HARIYADI)

Hallo semuanya, Apa kabar? Semoga baik-baik saja. Pasti di sini sudah banyak yang mendengar musik keroncong. Musik yang khas dengan dentingan gitar dan irama yang syahdu ini telah menjadi bagian dari budaya Indonesia selama berabad-abad.

Ulasan ini akan menceritakan sejarah asal-usul keroncong, perjalanan panjangnya dalam menghadapi perubahan zaman, hingga wacana besar untuk menjadikannya sebagai Warisan Budaya Tak Benda UNESCO.

Musik keroncong adalah salah satu warisan budaya Indonesia yang telah berkembang selama berabad-abad.

Jejak awalnya dapat ditelusuri ke abad ke-16 ketika bangsa Portugis datang ke Nusantara. Mereka membawa alat musik khas seperti cavaquinho, yang kemudian beradaptasi dengan budaya lokal dan berkembang menjadi alat musik keroncong seperti yang kita kenal sekarang.

Melansir Kompas.com Konon katanya musik keroncong pertama kali dibawa oleh orang Mestizos ke Tanah Betawi, pada 1661. Siapakah orang Mestizos?

Mestizos merupakan orang yang memiliki keturunan pelaut Portugis yang akhirnya menikah dengan penduduk lokal dan menjadi koloni. Orang Mestizos kala itu membuat tradisi musik khas yang membuat mereka bernostalgia tentang keseharian, kesulitan serta kebahagiaan mereka. 

Kreativitas warga Kampung Tugu Batavia (Jakarta) saat membuat tradisi musik khas, akhirnya menciptakan tiga jenis gitar yang diberi nama Jitera, Prunga serta Macina.

Jitera adalah sebutan untuk gitar yang besar, Prunga sebutan untuk gitar yang sedang serta Macina sebutan untuk gitar yang kecil. Ketika memainkan ketiga gitar tersebut akan muncul suara 'krong-krong' serta 'crong-crong'. Bunyi gitar inilah yang menjadi awal mula penamaan musik keroncong.

Dalam perkembangannya, keroncong mengalami berbagai transformasi. Pada masa kolonial Belanda, musik ini semakin populer dan menjadi bagian dari hiburan masyarakat, termasuk di kalangan pribumi.

Berbagai unsur musik tradisional Nusantara pun masuk ke dalamnya, menciptakan warna khas yang membedakan keroncong dari musik asalnya. Seiring waktu, muncul berbagai varian seperti Keroncong Asli, Keroncong Stambul, dan Keroncong Langgam yang menggabungkan elemen musik daerah dan modern.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline