Dalam waktu dekat, MTsN 1 Bandar Lampung akan menyelenggarakan Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI). Kegiatan ini dikoordinir oleh Hj. Laksmi Holifah, M.Pd. sebagai Ketua Pelaksana, didukung oleh operator Nasrullah dan Rudi Hendrawan. Pendamping peserta adalah Winarno, Dwi Romdona, dan Pusporini, sementara jajaran pimpinan MTsN 1 Bandar Lampung berperan sebagai pengarah.
Laksmi Holifah, “UKBI Adaptif adalah inovasi dalam pengujian kemahiran berbahasa Indonesia yang menggunakan sistem daring, berbeda dengan metode berbasis kertas sebelumnya. Setiap peserta akan menjalani jumlah soal dan waktu uji yang disesuaikan dengan tingkat kemahiran mereka.
Untuk mengikuti UKBI Adaptif, peserta perlu menyiapkan hal-hal berikut:
Perangkat: Komputer atau laptop dengan kamera dan headset/earphone.
Email: Alamat email yang aktif.
Internet: Akses internet stabil minimal 10 Mbps.
Identitas: Foto kartu identitas yang berlaku.
Pasfoto: Pasfoto digital.
Dalam waktu dekat, MTsN 1 Bandar Lampung akan menyelenggarakan Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI). Saat ini, pendaftaran peserta tengah berlangsung melalui Google Form, dan sejumlah siswa telah menunjukkan antusiasme mereka untuk menguji kemampuan berbahasa Indonesia. Berikut adalah beberapa di antaranya:
- Muhammad Rais Nabil, siswa dari kelas IXA ini lahir di Bandarlampung dan memiliki Bahasa Sunda sebagai bahasa ibu. Saat diminta menuliskan satu kalimat tentang Bahasa Indonesia, ia mengungkapkan, "Menurut saya bahasa Indonesia adalah bahasa yang sangat bagus karena bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan, dan karena inilah saya bangga berbahasa Indonesia."
- Carissa Azkadina Velda, lahir di Bandar Lampung, dengan Bahasa Indonesia sebagai bahasa ibunya. Ia menuliskan, "Bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu bangsa yang memiliki peran penting dalam membentuk identitas nasional, menyatukan keberagaman suku dan budaya di seluruh Nusantara, serta menjadi sarana komunikasi resmi dalam pendidikan, pemerintahan, dan kehidupan sehari-hari."
- Ratu Carissa Fathiyyah, yang lahir di Bandar Lampung dan berbahasa ibu Bahasa Indonesia, memberikan pandangannya, "Tak terbayang jika bahasa Indonesia tak tercipta---bahasa yang menyatukan jutaan suara dari Sabang sampai Merauke, mungkin akan menjadi tantangan untuk bisa berkomunikasi satu sama lain."
- Muhammad Fildza Hafy Murni, juga lahir di Bandar Lampung dengan Bahasa Indonesia sebagai bahasa ibunya. Ia berpendapat, "Bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu bangsa yang tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, tetapi juga mencerminkan kekayaan budaya, sejarah, dan identitas nasional yang telah terjalin erat sejak masa perjuangan kemerdekaan hingga kini menjadi simbol kebanggaan masyarakat Indonesia di tengah keberagaman suku, adat, dan bahasa daerah."
- Shafa Herza Amira, lahir di Bandar Lampung dan memiliki Bahasa Lampung sebagai bahasa ibu. Menurut Shafa, "Bahasa Indonesia bukan sekadar alat komunikasi, tapi jembatan rasa yang menyatukan hati jutaan insan di negeri ini, mengalir lembut dalam puisi, merangkai cinta dalam kata, dan menjaga hangatnya kebersamaan dari Sabang sampai Merauke."
- Muhammad Daan Anta Mulyadi, lahir di Bandar Lampung. Meskipun definisi bahasa ibunya agak luas ("Bahasa Ibu adalah bahasa yang dipelajari saat masih kecil dan digunakan untuk seumur hidup."), ia menyatakan, "Bahasa Indonesia adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat di Indonesia, Bahasa Indonesia juga menjadi bahasa yang sering digunakan masyarakat untuk berbincang di kehidupan sehari-hari."
- Rasya Indri, lahir di Way Kanan dan berbahasa ibu Bahasa Padang. Ia menggarisbawahi pentingnya Bahasa Indonesia: "Bahasa Indonesia adalah bahasa yang mempersatukan bangsa dari sekian banyaknya bahasa daerah di Indonesia. Karena, walaupun Indonesia adalah negara ketiga dengan bahasa daerah terbanyak di dunia, tetapi ketika kita berkomunikasi dengan orang yang berbeda suku dengan kita menggunakan bahasa daerah masing-masing, maka kita tidak akan bisa saling mengerti satu sama lain. Seperti isi dari Sumpah Pemuda ketiga, 'Kami adalah putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia', kita tahu bahwa Bahasa Indonesia lah yang mempersatukan seluruh suku dari berbagai daerah di Indonesia."
- Fachridzal Zikri Nugroho, lahir di Bandar Lampung dengan Bahasa Indonesia (kadang Bahasa Jawa) sebagai bahasa ibunya. Ia menulis, "Bahasa persatuan membuat Indonesia menjadi satu persatuan. karena adanya bahasa Indonesia menjadikan setiap suku saling bersatu dan tidak terpecah belah karena adanya perbedaan bahasa."
- Rasyad Imran Gunawan, lahir di Bandar Lampung, mendefinisikan bahasa ibunya sebagai "Bahasa ibu adalah bahasa yang pertama kali kita diajarkan oleh lingkungan keluarga." Baginya, "bahasa yang baku dan sangat ramah sopan dan mudah dipahami oleh orang awam dan bahasa yang wajib dikenali sebagai orang indonesia dan bahasa indonesia adalah bahasa yang wajib digunakan untuk berkomunikasi dengan orang indonesia."
- Palestina Elfari, lahir di Bandar Lampung dengan Bahasa Indonesia sebagai bahasa ibunya. Ia mengungkapkan, "Bahasa Indonesia adalah jati diri negara Indonesia dan bahasa itu lah pemersatu bangsa, sungguh suatu hal yang membanggakan Indonesia bisa bersatu di bawah bahasa Indonesia, jadi lestarikan bahasa Indonesia."
- Alya Mukhbita, lahir di Yogyakarta dan berbahasa ibu Bahasa Indonesia. Ia berkomentar, "Sesuai Ejaan yang disempurnakan dan mudah dimengerti dan merupakan bahasa kesatuan yang menyatukan suku bahasa di Indonesia yang menyatukan dikarenakan berbagai ragam suku yang ada di Indonesia."
- Bunga Putri Nirmala Susanto, lahir di Bandar Lampung dengan definisi bahasa ibu "bahasa yang pertama diucapkan." Ia memberikan pandangan yang jujur: "Bahasa Indonesia sebenarnya menyenangkan tapi ada beberapa materi yang tidak mudah dapat saya mengerti, bagi saya yang hanya murid biasa dan tidak pintar oleh semua mata pelajaran itu sangat tidak mudah untuk mempelajari bahasa Indonesia."
- Akram Liban Pasa, lahir di Bandar Lampung dan berbahasa ibu Lampung, menekankan pentingnya Bahasa Indonesia dengan mengulang, "Bahasa Indonesia, perekat kebhinekaan Indonesia."
- Amanda Putri Cahyani, lahir di Tanjung Karang, mendefinisikan bahasa ibunya sebagai "Bahasa pertama yang dipelajari seseorang dari kecil menjadi dasar komunikasi." Ia antusias berbagi, "Belajar bahasa indonesia sangat menyenangkan dan sangat seru, Karena kami belajar sambil bercerita dan sangat menarik sekali belajar bahasa indonesia guru yang mengajar juga asik sekali."
- Fely Sila Azzahra, lahir di Bandar Lampung, menjelaskan bahasa ibunya sebagai "bahasa ibu adalah bahasa pertama kali yang dikuasai manusia sejak lahir lewat interaksi dengan sesama anggota masyarakatnya." Baginya, "pelajaran bahasa Indonesia sangat menarik dan mudah dipahami, yang tadinya kami tidak tahu menjadi tahu dikarenakan belajar bahasa Indonesia ini, kami mempelajari banyak tentang dimana kita harus tahu menulis dengan huruf kapital/tidak nya."
- Zhidan Raffa Assadam, lahir di Bandar Lampung dengan Bahasa Indonesia sebagai bahasa ibunya, berpendapat, "Bahasa Indonesia adalah bahasa yang harus dilestarikan, Indonesia bisa mempersatukan seluruh rakyat Indonesia dengan satu bahasa, yaitu bahasa Indonesia. Dan juga bahasa yang pertama kali kita pelajari adalah bahasa Indonesia."
- M. Farren Putra Erico, lahir di Bandar Lampung dengan Bahasa Indonesia sebagai bahasa ibunya. Ia memberikan tanggapan singkat, "Bahasa yang sempurna."
- Axel Mikaila Syafa, lahir di Bandar Jaya, Lampung, dengan Bahasa Indonesia sebagai bahasa ibunya. Ia menulis, "Sangat indah, komplek, dan simpel bagi Saya. Bahasa Indonesia juga sangat menarik bagi orang luar negeri dan juga sangat amat signifikan sekali. Salam kenal dari Bandar Lampung."
- Fattan Nur Akmal, lahir di Bandar Lampung dengan Bahasa Indonesia sebagai bahasa ibunya. Ia menjelaskan, "Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi negara Kesatuan Republik Indonesia dan merupakan sarana pemersatu bangsa Indonesia. Penggunaan bahasa Indonesia yang benar merupakan suatu keharusan baik secara lisan maupun tulisan dengan menggunakan kaidah tata bahasa yang sudah menjadi pedoman."
- Sabrina Aullia Artha Zuwanove, lahir di Kemiling, Bandar Lampung, dengan Bahasa Indonesia sebagai bahasa ibunya. Ia menyatakan, "Sangat seru, pelajaran Bahasa Indonesia menarik untuk dipelajari bersama karena banyak kosakata yang indah yang dapat dipahami dalam Bahasa Indonesia."
Antusiasme dan beragam pandangan dari para peserta ini menunjukkan betapa pentingnya Bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu bangsa dan cerminan kekayaan budaya di Indonesia. Kita tunggu pelaksanaan UKBI di MTsN 1 Bandar Lampung!