Lihat ke Halaman Asli

M. Jojo Rahardjo

Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Musim Negativity di Media Sosial karena Palestina-Israel

Diperbarui: 22 Mei 2021   10:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar: Reuters

Media sosial adalah bagian dari kehidupan kita sehari-hari di zaman now ini. Saat kita mulai terbangun dari tidur di pagi hari, hal pertama yang akan kita sentuh (berinteraksi) adalah media sosial, terutama WhatsApp (WA). Kita bahkan belum sempat mengucap syukur atas kurnia hidup kita ini. Kita juga belum sempat berdoa agar hari ini semua berjalan dengan lancar dan penuh berkah dari Tuhan yang Maha Kuasa.

Apa isi WA kita itu? Tentu ada pesan yang ditujukan pada kita sebagai individu, namun jumlah pesan seperti ini sedikit saja. Namun lebih banyak isi pesan WA ditujukan ke anggota satu grup WA yang mungkin jumlah anggotanya hingga ratusan orang.

Berapa grup WA yang kita ikuti? Pernah saya membaca hasil sebuah survei, ternyata rata-rata tiap individu menjadi anggota grup WA sebanyak lebih dari 10 grup WA, bahkan ada yang puluhan grup WA.

Kita pun ingat saat musim pilkada dan musim pilpres yang lalu. Kita juga ingat isi grup WA kita saat itu? Isinya berbagai pesan dari pihak yang sedang bersaing di pilkada atau pilpres. Pesan itu seperti banjir di grup WA kita. Lalu sekarang kita memasuki musim Durian Palestina-Israel.

Survei mengenai pengaruh media sosial (termasuk WA) sudah banyak dibuat. Apa kesimpulannya? Media sosial lebih banyak menyumbang negativity pada kita. Meski itu bukan berarti media sosial tidak menyumbang positivity. Negativity yang ada di media sosial terbukti menyumbang menaiknya tingkat stres. Artinya hormon cortisol meningkat lebih tinggi yang kemudian menurunkan tingkat kesehatan tubuh kita. Tidak itu saja, hormon cortisol merusak fungsi otak, sehingga kecerdasan menurun, kemampuan memberi solusi menurun, begitu juga kreativitas, inovasi, dan kecenderungan pada kebajikan juga menurun.

Lalu adakah cara untuk agar kita tidak terlalu terdampak oleh negativity yang ada di media sosial ini? Bukankah kita hidup di zaman digital, sehingga kita tidak bisa menghindari penggunaan media sosial, terutama WA ini?

Tentu ada dan jawabannya ada pada begitu banyak riset sains mengenai otak dalam 3 dekade terakhir ini. Sains menunjukkan ada cara yang paling efektif untuk mengurangi dampak dari media sosial ini, yaitu meditasi yang telah dipraktikkan sejak kira-kira 3000 tahun lalu. Meditasi itu murah, dan bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja. Bahkan tak perlu belajar secara khusus, cukup membuka Youtube dan menonton panduan meditasi menurut sains. Tentu ada cara lain untuk mengurangi dampak negatif dari media sosial ini. Semua sudah saya tulis dalam berbagai tulisan dan video yang saya buat sebelumnya.

==o==

Seperti telah saya sebutkan di atas, bahwa kita sedang memasuki musim negativity, yaitu musim konflik Israel-Palestina yang menyumbang banyak negativity, karena issue ini selalu muncul tiap hari di akun media sosial kita belakangan ini. Juga telah saya sebutkan, bahwa kita telah memiliki cara yang efektif untuk mengurangi dampak dari media ssial itu, yaitu dengan mempraktikkan meditasi. Namun demikian saya juga ingin menyarankan strategi rasional agar kita bisa tetap waras di musim negativity.

Ada 4 hal yang kita perlu berhati-hati setiap kali konflik Israel-Palestina memanas:

1. Dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok tertentu untuk mengumpulkan uang, sehingga kita harus betul-betul teliti akan kemana uang itu. Kita tinggal google soal ini, dan akan kita temukan beberapa kasus: uang yang dikumpulkan di Indonesia terindikasi menuju sarang ISIS dan tempat lainnya. Dukungan kita pada Palestina bisa saja menguntungkan kelompok pengumpul donasi ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline