Lihat ke Halaman Asli

Merza Gamal

TERVERIFIKASI

Pensiunan Gaul Banyak Acara

Jejak Leluhur Minangkabau; Antara Bodi-Caniago dan Koto-Piliang

Diperbarui: 11 Juni 2025   20:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerita Nenek, Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan ChatGPT.OpenAI 

Dari Negeri Champa ke Pagaruyung

Saat saya kecil, dua perempuan paling berharga dalam hidup saya---kedua nenek saya---sering mengisahkan riwayat keluarga. Dalam logat Minang yang hangat dan berirama, mereka menyebut nama-nama suku, negeri-negeri jauh, dan leluhur yang datang dari tanah asing bernama Champa. Saya tak sepenuhnya paham saat itu, tapi kisah-kisah itu hidup dalam ingatan saya.

Seiring waktu, saya tahu: saya adalah bagian dari dua warisan besar dalam adat Minangkabau---Bodi-Caniago dari garis ibu dan Koto-Piliang dari garis ayah, lengkap dengan tambo keturunan yang menunjukkan garis silsilah hingga Pagaruyung, pusat adat dan kerajaan Minangkabau zaman dahulu.

Empat Suku Besar Minangkabau: Fondasi Dua Aliran Adat

Dalam sejarah dan adat Minangkabau, dikenal adanya empat suku besar yang membentuk kerangka awal sistem kekerabatan dan kepemimpinan:

  1. Koto
  2. Piliang
  3. Bodi
  4. Caniago

Suku-suku ini bukan sekadar pembagian marga atau nama keluarga, melainkan cerminan falsafah hidup. 

Koto dan Piliang membentuk sistem Koto-Piliang---berwatak aristokratis dan hierarkis, lahir dari pemikiran Datuk Ketumanggungan. Sedangkan Bodi dan Caniago tergabung dalam sistem Bodi-Caniago, berprinsip egaliter dan musyawarah, buah pemikiran Datuk Perpatih Nan Sabatang.

Keempat suku ini sering disebut sebagai suku-suku tertua yang menjadi tonggak utama sistem adat Minangkabau. Mereka bukan sekadar nama, melainkan mewakili dua ideologi adat: kepemimpinan yang terstruktur dan musyawarah yang sejajar---sebuah keseimbangan yang terus dijaga sejak masa Tambo hingga hari ini.

"Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah," adalah fondasi Minangkabau. Tapi di balik itu, dua sistem ini mengatur cara hidup, cara memimpin, dan cara bermusyawarah.

Suku, Marga, dan Klan: Apa Bedanya?

Minangkabau mengenal suku sebagai bagian utama dari sistem matrilineal: anak mengikuti suku ibunya. Di Batak, dikenal marga, yang bersifat patrilineal. Sementara dalam budaya Tionghoa, dikenal clan atau (xng), yang juga diwariskan dari ayah.

  • Minangkabau (Suku): Turun dari ibu, bagian dari sistem kaum, adat, dan pewarisan tanah ulayat.
  • Batak (Marga): Turun dari ayah, mencerminkan silsilah genealogis dan spiritual.
  • Tionghoa (Klan): Mengacu pada nama keluarga turun-temurun dari pihak ayah.

Sistem Minangkabau unik karena perempuan adalah pemilik nama suku dan pewaris rumah gadang, sedangkan laki-laki adalah "urang sumando" yang masuk ke dalam keluarga istrinya.

Bodi-Caniago dan Koto-Piliang: Dua Jalan yang Menyatu

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline