Lihat ke Halaman Asli

Implementasi Pembentukan Karakter dan Sikap Sosial Peserta Didik Sekolah Dasar Dalam Pembelajaran IPS

Diperbarui: 30 Desember 2022   13:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi saat ini sangat membantu manusia dalam proses kehidupan. Perkembangan tersebut selain memberi keuntungan, di sisi lain juga membawa pengaruh negatif bagi tatanan kehidupan manusia. Teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang begitu cepat memudahkan pelayanan kebutuhan manusia, serta mempercepat tersebarnya pengaruh negatif bagi eksistensi nilai-nilai yang telah berkembang di suatu masyarakat. 

Ironisnya tindakan-tindakan menyimpang dan negatif banyak dilakukan oleh generasi muda bangsa ini. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya berita baik melalui media cetak maupun elektronik seperti kekerasan yang dilakukan anak-anak usia sekolah, lunturnya kesopanan anak pada orang tua, teman bahkan gurunya sendiri. Para peserta didik sebagai penerus peradaban seharusnya bisa menunjukkan karakter yang baik sebagai implementasi nilai dari salah satu tujuan pendidikan itu sendiri.

Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sudah mencanangkan penerapan pendidikan karakter untuk semua tingkat pendidikan, mulai dari SD sampai pada tingkat Perguruan Tinggi. Pembentukan karakter perlu dilakukan sejak usia dini. Koesoema (2010, p.250) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai nilai-nilai dasar yang harus dihayati jika sebuah masyarakat mau hidup dan bekerja sama secara damai. Nilai-nilai seperti kebijaksanaan, penghormatan terhadap yang lain, tanggungjawab pribadi, perasaan senasib, sikap sopan dan santun dan lain-lainnya, merupakan nilai-nilai yang semestinya diutamakan dalam pendidikan karakter.

Ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang memiliki peranan penting dalam membentuk warga negara yang baik, maka pembelajaran ilmu pengetahuan sosial (social studies), sangatlah penting pada jenjang pendidikan dasar di mana pendidikan dasar merupakan peletakan dasar/fondasi pemahaman dan keilmuan tentang bagaimana hidup bersosial karena di sekolah peserta diidk yang datang dari lingkungan yang berbeda-beda, sisi lain bahwa kepedulian terhadap lingkungan sosial atau memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang sosial itu bagian daripada nilai-nilai pendidikan karakter bangsa. 

Ada tiga tujuan pembelajaran IPS kepada peserta didik, yaitu agar setiap peserta didik menjadi warga masyarakat yang baik, melatih peserta didik berkemampuan berpikir matang untuk menghadapi dan memecahkan masalah-masalah sosial, dan agar peserta didik dapat mewarisi dan melanjutkan budaya dan cita-cita bangsa Indonesia (Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, 200:154).

Penguatan pendidikan karakter di era saat ini merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan mengingat banyaknya peristiwa yang menunjukkan terjadinya krisis moral baik di kalangan anak-anak, remaja, maupun orang tua, di sekolah maupun di luar sekolah. Oleh karena itu, penguatan dan pemahaman tentang pendidikan karakter dan sikap perlu dilaksanakan dan diimplementasikan mulai dari lingkungan, keluarga, sekolah dan bahkan dalam masyarakat luas.

Karakter merupakan aspek utama dalam membentuk kualitas peserta didik agar dapat menjadi insan yang mulia. Apabila kualitas diri peserta didik baik dan senantiasa ditumbuh kembangkan, maka peserta didik tersebut dapat menjadi manusia yang bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya. Nilai-nilai pendidikan karakter yang dimaksud adalah yang bersumber dari agama, pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional, yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat atau komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab (Puskurbuk, 2011:3)

Implementasi pendidikan karakter di sekolah tentunya dilaksanakan di dalam kelas maupun di ruang kelas ketika jam pelajaran berlangsung, hal ini dimaksudkan agar para peserta didik lebih memahami nilai-nilai karakter maupun sikap-sikap yang dibentuk ketika pelaksanaan pendidikan karakter tersebut, dengan begitu peserta didik akan mempunyai sikap yang baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat nantinya.

Sementara itu dalam pelaksanaan pendidikan karakter yang sudah ditetapkan dalam kurikulum 2013 telah diatur mengenai penilaian yang salah satunya yaitu dimensi sikap, yang selanjutnya dimensi sikap ini telah dibagi menjadi dua, yaitu sikap spiritual dimana berkaitan dengan pembentukan peserta didik yang beriman dan bertakwa sementara itu untuk sikap sosial berkaitan dengan pembentukan peserta didik yang berakhlak mulia, mandiri, demokratis, bertanggung jawab dan sikap sosial lainnya.

Proses implementasi pendidikan karakter yang pertama tentunya dilakukan di dalam kelas, di mana setiap guru mata pelajaran harus mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam setiap kegiatan pembelajaran terutama IPS terpadu. Di mana di dalam prosesnya peserta didik sekolah dasar untuk mengamati media-media pembelajaran yang sudah disediakan oleh guru dan selanjutnya guru akan membangkitkan pikiran peserta didik untuk memancing rasa penasaran peserta didik tersebut dan akhirnya peserta didik tersebut akan muncul pertanyaan dari dirinya yang selanjutnya peserta didik itu akan berdiskusi dengan sendirinya. jadi guru hanya memfasilitasi peserta didik belajar di mana kelas dan akhirnya peserta didik akan terbiasa dengan hal tersebut.

Lalu, yang kedua guru juga memasukkan atau menyisipkan nilai-nilai pendidikan karakter ke dalam rpp sehingga menjadi satu kesatuan yang nantinya peserta didik bisa membentuk sikap sosial dalam proses pembelajaran IPS terpadu yang berlangsung di dalam kelas. Karena banyaknya siswa-siswi yang belum bisa berinteraksi sosial dengan baik maka terkadang anak tersebut tidak bisa diterima dengan sesamanya mungkin karena anak itu bersifat pasif terhadap lingkungannya dan diam saja dengan lingkungan sekitarnya atau anak itu tidak percaya diri dalam lingkungan sesamanya, jadi guru harus bisa membentuk sikap sosial anak serta memasukkan karakter-karakter sikap sosial dalam materi sehingga anak tersebut tidak menjadi pasif. Seperti dengan menunjuk mereka untuk mencontohkan interaksi sosial di depan teman-temannya atau maju di depan kelas, dengan begitu anak tersebut bisa membentuk sikap percaya diri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline