Di sekolah, nilai rapor sering dijadikan kriteria utama dalam keberhasilan. Angka nilai rapor dianggap gambaran kecerdasan dan penentu masa depan. Akibatnya, banyak peserta didik merasa bahwa kemampuan mereka hanya dinilai dari seberapa baik nilai rapor mereka.
Padahal, ada satu poin penting yang sering terlupakan yaitu kreativitas. Tidak semua anak baik dalam berhitung atau hafalan, tetapi setiap anak memiliki daya imajinasi dan cara unik untuk mengungkapkan diri. Kreativitas bisa muncul dari hal sederhana seperti menggambar, menulis cerita, membuat puisi, atau bahkan sekadar menciptakan permainan baru bersama teman.
Sayangnya, ruang untuk berkarya di sekolah masih kurang. Waktu belajar banyak yang tersita untuk mempersiapkan ujian, sementara kegiatan seni atau keterampilan justru sering dianggap sebagai kegiatan tambahan saja. Padahal, anak yang diberi kesempatan berkarya biasanya lebih percaya diri, mampu berpikir adaptif, dan punya kemampuan memecahkan masalah dengan cara yang tidak biasa.
Kreativitas juga menjadi persiapan penting di era modern. Dunia kerja kini lebih menghargai orang yang mampu menghadirkan ide segar dan kreativ daripada sekadar mengikuti instruksi. Oleh karena itu, membiasakan anak berpikir kreatif sejak dini akan membantu mereka beradaptasi dengan tantangan zaman.
Sudah saatnya sekolah dan orang tua memberi ruang yang lebih luas untuk kreativitas anak. Jangan hanya bertanya, “Berapa nilaimu?” tetapi juga, “Apa yang sudah kamu ciptakan hari ini?” Dengan begitu, peserta didik akan tumbuh bukan hanya pandai secara akademis, tetapi juga kaya ide, inovatif, dan percaya diri menghadapi masa depan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI