Lihat ke Halaman Asli

[CeritaKopiku] Kopi Transit Wangi Bernama Kopi 'Senang' Sorong

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengalaman ngopi saya terus berlanjut.  Setelah edisi sebelumnya, saya memamerkan cita rasa Kopi Hawaii dari Tanjungpinang, sekarang saya mencoba bercerita soal Kopi Senang dari Sorong, Papua. Agak aneh, karena Sorong nyaris tak punya perkebunan kopi. Saya menyebutnya kopi transit.

 

SEORANG kawan yang sedang bertugas ke Sorong, menyorongkan sebungkus kopi, dengan kover warna kuning bertuliskan ‘SENANG’. Yup, itulah oleh-oleh dari Sorong, Papua. Sebagai penggemar kopi, saya tidak pernah mencari oleh-oleh macem-macem, atau dibawakan oleh-oleh neko-neko, cukup kopi dari satu daerah tertentu. Obsesi saya memang ingin mencicipi kopi unik dari Sabang sampai Merauke. Tentu saja kopi yang tidak ditemukan di tempat lain, karena rasa dan sensasinya pasti berbeda.

Dari berbagai sumber, Kopi Senang dimiliki oleh seorang berdarah Tionghoa – Padang bernama Budi. Usahanya menjadi usaha kopi satu-satunya di Sorong. Sebagai pecinta kopi, Budi ingin menularkan budaya ngopi kepada masyarakat Papua, khususnya Sorong. Karena tak ada  perkebunan kopi, Budi mengambil kopi dari berbagai daerah, Sulawesi, Sumatera Utara, Aceh, sampai Manokwari. Racikan Kopi Senang merupakan kombinasi dari kopi-kopi robusta di daerah-daerah tersebut.

Pertama saya buka, aromanya cukup menggoda. Wangi. Kolaborasi kopi ternyata bisa menghasilkan aroma yang cukup enak. Kesan saya cukup apik dengan aroma pertamanya. Pertama, saya akan membuat kopi ini tanpa gula. Dengan takaran yang biasa saya lakukan, kopi ini langsung memancarkan buih dan wangi yang sedap. Saya cium pinggiran cangkir untuk merasakan wanginya. Ada kesan manis, seperti cokelat. Itu aroma yang saya nikmati usai menuang dengan air panas ke cangkir kesayangan.

Warnanya pekat, benar amat pekat saya bilang. Tapi bubuk kopinya halus, terlalu halus buat saya. Oh ya lupa, saya termasuk penyuka kopi dengan buliran agak kasar sih. Mungkin model kopi rumahan. Seruputan pertama saya, langsung terasa nempel di langit lidah. Hmm, tapi jujur saja, kopi ini kurang berat rasanya. Apa karena untuk memulai budaya kopi di Sorong harus kopi yang cenderung ringan? Mungkin. Tapi saya harus bilang, kopi ini enak. Cocok untuk pengopi baru atau orang yang sekadar ngopi untuk nonngkrong.

Oh ya, mengapa saya sebut kopi transit, karena Kopi Sorong sejatinya [sementara] hanya jadi kopi persinggahan pelancong, sekadar untuk oleh-oleh. Kemudian ‘keliling’ keluar Sorong.

Sampai di cerita kopi berikutnya……




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline