Mohon tunggu...
DJOKO MOERNANTYO
DJOKO MOERNANTYO Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Laki-laki biasa-biasa saja. Berujar lewat kata-kata, bersahabat lewat dialog. Menulis adalah energinya. Suka BurgerKill, DeadSquad, Didi Kempot, Chrisye & Iwan Fals. Semoga mencerahkan :)\r\n\r\n@personal blog:\r\n#airputihku.wordpress.com\r\n#baladaatmo.blogspot.com #Follow: Twitter: @matakucingku\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

[CeritaKopiku] Kopi Transit Wangi Bernama Kopi 'Senang' Sorong

8 Juni 2015   21:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:10 635
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengalaman ngopi saya terus berlanjut.  Setelah edisi sebelumnya, saya memamerkan cita rasa Kopi Hawaii dari Tanjungpinang, sekarang saya mencoba bercerita soal Kopi Senang dari Sorong, Papua. Agak aneh, karena Sorong nyaris tak punya perkebunan kopi. Saya menyebutnya kopi transit.

 

SEORANG kawan yang sedang bertugas ke Sorong, menyorongkan sebungkus kopi, dengan kover warna kuning bertuliskan ‘SENANG’. Yup, itulah oleh-oleh dari Sorong, Papua. Sebagai penggemar kopi, saya tidak pernah mencari oleh-oleh macem-macem, atau dibawakan oleh-oleh neko-neko, cukup kopi dari satu daerah tertentu. Obsesi saya memang ingin mencicipi kopi unik dari Sabang sampai Merauke. Tentu saja kopi yang tidak ditemukan di tempat lain, karena rasa dan sensasinya pasti berbeda.

Dari berbagai sumber, Kopi Senang dimiliki oleh seorang berdarah Tionghoa – Padang bernama Budi. Usahanya menjadi usaha kopi satu-satunya di Sorong. Sebagai pecinta kopi, Budi ingin menularkan budaya ngopi kepada masyarakat Papua, khususnya Sorong. Karena tak ada  perkebunan kopi, Budi mengambil kopi dari berbagai daerah, Sulawesi, Sumatera Utara, Aceh, sampai Manokwari. Racikan Kopi Senang merupakan kombinasi dari kopi-kopi robusta di daerah-daerah tersebut.

Pertama saya buka, aromanya cukup menggoda. Wangi. Kolaborasi kopi ternyata bisa menghasilkan aroma yang cukup enak. Kesan saya cukup apik dengan aroma pertamanya. Pertama, saya akan membuat kopi ini tanpa gula. Dengan takaran yang biasa saya lakukan, kopi ini langsung memancarkan buih dan wangi yang sedap. Saya cium pinggiran cangkir untuk merasakan wanginya. Ada kesan manis, seperti cokelat. Itu aroma yang saya nikmati usai menuang dengan air panas ke cangkir kesayangan.

Warnanya pekat, benar amat pekat saya bilang. Tapi bubuk kopinya halus, terlalu halus buat saya. Oh ya lupa, saya termasuk penyuka kopi dengan buliran agak kasar sih. Mungkin model kopi rumahan. Seruputan pertama saya, langsung terasa nempel di langit lidah. Hmm, tapi jujur saja, kopi ini kurang berat rasanya. Apa karena untuk memulai budaya kopi di Sorong harus kopi yang cenderung ringan? Mungkin. Tapi saya harus bilang, kopi ini enak. Cocok untuk pengopi baru atau orang yang sekadar ngopi untuk nonngkrong.

Oh ya, mengapa saya sebut kopi transit, karena Kopi Sorong sejatinya [sementara] hanya jadi kopi persinggahan pelancong, sekadar untuk oleh-oleh. Kemudian ‘keliling’ keluar Sorong.

Sampai di cerita kopi berikutnya……

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun