Lihat ke Halaman Asli

Mas Nawir

Wiraswasta/Penulis lepas

Mengapa Jamaah Tablig di Malaysia Banyak yang Terpapar Covid-19?

Diperbarui: 23 Maret 2020   11:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi  kompas.com

Ada yang menarik atas Lockdown nya Malaysia,  pasca tabligh akbar yang digelar awal bulan Maret tahun 2020 ini.  Dimana pasca Tabligh akbar virus corona merebak dan menginveksi hampir 500 peserta dan ratusan orang lain yang terlacak karena menyembunyikan informasi pribadi.

Sebenarnya tidak ada masalah dengan jamaah tabligh,  karena gerakan agama yang tak menyentuh politik ini telah diikuti oleh jutaan orang dari seluruh dunia.

Gerakan kesadaran beragama,, memakmurkan masjid,  taklim,  dan pengorbanan sebagaimana para sahabat dalam mendakwahkan Islam ke seluruh negeri menjadi tulang punggung gerakan ini.  

Sehingga gerakan penyadaran akan agama yang dimulai oleh Maulana Ilyas AlKhandahlawy dari India ini diterima di seluruh dunia,  termasuk Israel.

Dua amalan penting berupa amalan infirodi(amalan pribadi),  dan amalan ijtima'i (amalan secara bersama-sama)  dilakukan sebagai dasar pokok untuk melanggengkan gerakan jamaah tabligh dari masa ke masa.

Perintah dari Amir yang ada di Nizhamuddin India,  kemudian diteruskan kepada para jamaah yang datang ke sana,  kemudian disosialisasikan ke seluruh dunia.

Di Indonesia markas jamaah tabligh ada di Kebon Jeruk Jakarta.  Berbagai profesi mengikuti jamaah tabligh. Mulai dari rakyat jelata,  polisi,  tentara,  mahasiswa,  dosen,  pedagang kaki lima,  bahkan kalangan artis.  

Tujuannya adalah islahun nafs (memperbaiki diri)  dengan mencontoh amalan sebagaimana Nabi dan para sahabat.

Di tiap-tiap negara dan biasanya berpusat di ibukota Negara,  selalu ada pertemuan setiap pekan.  Di mana dari petemuan ini disampaikan targhib (motivasi)  dan tasykil (tawaran)  kepada orang-orang yang hadir agar bisa keluar di jalan Allah di masjid-masjid yang telah ditentukan. 

Meluangkan waktu untuk belajar dakwah dari masjid ke masjid selama 3 hari,  40 hari , 4 bulan,  dan 1 tahun bagi para ustad dan kiai yang memiliki kecukupan ilmu untuk berkorban meluangkan waktu dengan masa yang lebih lama.

Pertemuan juga dilakukan di masjid-masjid seluruh kota yang sudah dijadikan markaz. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline