Lihat ke Halaman Asli

FX Aris Wahyu Prasetyo Saris

Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Kemampuan Memecahkan Masalah, Pendidikan yang Berfokus pada Solusi dan Militansi

Diperbarui: 23 April 2025   09:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan yang berfokus pada memecahkan masalah: nyata dan bermakna. Sumber: https://blog.definedlearning.com/blog

Penulis Alfred Armand Montapert menulis, "Mayoritas orang melihat hambatannya, hanya sedikit yang melihat tujuannya; namun sejarah mencatat kesuksesan yang diraih oleh orang-orang yang melihat tujuannya sementara tak satu pun orang yang mengingat mereka yang hanya melihat hambtannya." Hambatan, halangan, dan masalah selalu ada dalam dinamika hidup ini. Tatkala kita menghabiskan waktu dan energi untuk mengeluh, menggerutu, dan menyalahkan maka akan kehilangan kesempatan dan peluang untuk maju, berkembang, dan sukses melewati semua hambatan dan masalah itu. Menjadi pribadi yang solutif senantiasa lebih produktif dan bermakna.

Mulai dari bangun tidur di pagi hari, hambatan dan masalah pasti ada, seperti malas untuk segera bangkit dan bergerak atau enggan memulai hari karena mengingat beban dan masalah yang akan dihadapi di hari itu. Masalah sejatinya bukanlah sesuatu yang akan melemahkan, justru sebaliknya masalah dan berbagai hambatan dalam hidup merupakan sarana ampuh yang akan menguatkan budi, hati, dan komitmen diri sehingga membangun militansi diri untuk terus berjuang dan menggapai keberhasilan.

Dinamika pagi di sebuah keluarga, bisa saja penuh dengan masalah dan hambatan yang merusak rasa dan situasi batin di dalamnya. Ibu sudah bangun pagi-pagi mempersiapkan segala bekal dan keperluan untuk anggota keluarga, namun di sisi lain anak-anak susah untuk dibangunkan dan bisa berujung pada keterlambatan. Selain itu, bapak juga sudah beraktivitas dengan mempersiapkan kendaraan dan bersih-bersih rumah. Kembali anak-anak juga belum beranjak dari tempat tidurnya. Maka, situasi ini bisa menjadi masalah besar di pagi hari karena seluruh anggota keluarga tidak bergerak secara dinamis.

Tidak ada keluarga yang akan terhindar dari masalah dan hambatan. Masalah di pagi hari dalam keluarga sejatinya bukanlah alasan yang tepat untuk marah-marah dan menyalahkan satu sama lain namun masalah dalam keluarga justru menjadi kesempatan untuk belajar dari risiko yang muncul dan membangun komunikasi yang lebih intens. Perlahan-lahan namun pasti setiap anggota keluarga akan menyadari risiko yang muncul dari ketidakberesan yang ada, seperti anak-anak akan berangkat ke sekolah terlambat. Inilah kesempatan membangun komitmen diri dan keluarga sebagai pendidikan kehidupan yang bermakna, yakni membangun kesadaran baik, bukan menyalahkan dan menghakimi.

Dunia pendidikan tidak akan lepas dari masalah dan hambatan, bahkan begitu banyak masalah yang harus dihadapi, baik tentang pendidik, anak didik, dan pemangku kebijakan tertinggi dalam pendidikan. Masalah dan hambatan dalam dunia pendidikan hendaknya menjadi menu produktif dalam mengupayakan pendidikan yang humanis dan berdaya guna. Saling menyalahkan tidak akan pernah menjadi solusi dalam mengupayakan langkah-langkah untuk maju dan berkembang.

Richard Sloma penulis buku No-Nonsense Management, menegaskan, "Jangan pernah mencoba memecahkan seluruh persoalannya sekaligus, mintalah mereka antri satu per satu." Banyak orang ingin segera menyelesaikan semua masalah dalam satu waktu sehingga segera merasakan kelegaan. Akan tetapi, usaha itu justru akan menjatuhkan diri pada jurang masalah yang tak kunjung henti. Masalah tak akan habis-habis maka menjadi bijak tatkala mengatasi masalah dalam kesabaran, ketenangan, dan kedalaman jiwa.

Pendidikan kreatif dan inovatif. Sumber: https://blog.edclass.com/

Pendidikan yang berfokus pada memecahkan masalah sesungguhnya memberikan kesempatan yang baik dan bermakna bagi siapapun di dalamnya untuk menjadi pribadi yang matang dan militan, tahan banting dan siap bangkit setiap kali jatuh. Ironis tatkala kita menemukan perilaku-perilaku yang terjebak pada jeruji masalah di dunia pendidikan, seperti mencontek, plagiat, dan sejenisnya. Jalan pintas ditempuh untuk mencapai tujuan sehingga tidak militan untuk menikmati jalan panjang dengan penuh perjuangan dan kegigihan.

Kemampuan memecahkan masalah benar-benar menjadi kemampuan vital yang harus dimiliki setiap pribadi untuk menjalani hidup dengan baik dan benar. Sebenarnya ada pilihan dalam hidup tatkala menghadapi masalah, yakni menolaknya atau lari dari masalah. Namun pilihan itu sejatinya akan menghadirkan masalah baru yang menumpukkannya dengan masalah-masalah yang sudah ada. Masalah sudah seharusnya dihadapi dan dipecahkan sehingga menjadi pembelajaran bermakna dalam hidup.

Pendidikan yang berfokus pada memecahkan masalah akan melahirkan pribadi-pribadi yang produktif, kreatif, inovatif, dan pastinya reflektif sehingga mampu menemukan nilai-nilai kehidupan dan mengimplementasikannya terus-menerus. Menjadi begitu mengharukan, anak-anak seusia Taman Kanak-kanak mampu mengupayakan kebersamaan dan kasih pada sesama sehingga mereka belajar menghargai perbedaan dan keragaman. Menjadi begitu mengesankan, tatkala anak-anak Sekolah Dasar mampu mengembangkan toleransi, kepedulian sosial pada teman dan sesama yang membutuhkan, dan cinta pada lingkungan hidup sehingga mereka bertumbuh menjadi pribadi yang memiliki kesatuan hati, budi, sikap, dan komitmen pada kebaikan dan kebajikan.

Penulis buku You Can, George Matthew Adams, menyatakan dengan jelas tentang kualitas diri, "Apa yang Anda pikirkan jauh lebih berarti dari apa pun juga dalam hidup Anda. Lebih dari seberapa besar nafkah yang Anda peroleh, lebih dari di mana Anda tinggal, lebih dari posisi sosial Anda, dan lebih dari apa pun yang dipikirkan orang lain tentang Anda. Setiap persoalan memperkenalkan Anda kepada diri sendiri. Setiap persoalan memperlihatkan bagaimana Anda berpikir dan terbuat dari apa Anda itu."

Masalah atau persoalan sungguh-sungguh menjadi sarana yang ampuh dalam membentuk pribadi dan karakter setiap orang. Kematangan budi seseorang akan teruji dalam menghadapi masalah sehingga nalar dan logika akan menunjukkan kualitasnya. Kedalaman hati seseorang juga akan terasah dalam bergulat dengan setiap masalah hidup sehingga rasa dan asa setiap pribadi akan menemukan level kemanusiaannya. Kebijaksanaan diri dalam sikap dan komitmen akan terimplementasi dalam memecahkan masalah sehingga militansi akan lahir atau pupus begitu saja. Akhirnya, kemampuan memecahkan masalah menjadi sarana yang ampuh dalam pendidikan setiap pribadi untuk mengupayakan diri yang berkualitas dan berdaya guna bagi diri, sesama, dan semesta. Salam Edukatif.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline