Lihat ke Halaman Asli

Martin Edy

Pekerja Konstruksi Telekomunikasi

Berhenti Mengejar, Mulai Merasa Cukup: Pelajaran tentang Bahagia yang Sesungguhnya

Diperbarui: 4 Oktober 2025   03:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kita hidup dalam budaya "kurang". Kurang sukses, kurang cantik, kurang kaya. Kita berlari seolah-olah suatu hari nanti akan sampai di garis finish dimana kita akhirnya bisa berkata, "Sekarang saya cukup." Tapi 2.300 tahun lalu, filsuf Yunani Epicurus sudah mengingatkan: "Jangan merusak apa yang kau miliki dengan menginginkan apa yang tidak kau miliki."

Jerat "Nanti" yang Tak Pernah Tiba

Kita semua terjebak dalam pola pikir:

  • "Nanti kalau gajinya sudah dua digit..."
  • "Nanti kalau sudah punya mobil baru..."
  • "Nanti kalau followers sudah tembus sepuluh juta..."
  • "...baru saya akan bahagia."

Tapi "nanti" itu seperti ufuk - semakin kita mendekatinya, semakin ia menjauh.

Yang Terabaikan di Depan Mata

Sambil sibuk mengejar apa yang belum kita miliki, tanpa sadar kita mengabaikan:

  • Kesehatan yang masih baik
  • Hubungan yang tulus
  • Pekerjaan yang menopang hidup
  • Waktu luang yang bisa diisi dengan hal bermakna

Kita seperti sedang memegang mutiara, tapi sibuk mencari kerang.

Merasa Cukup: Bukan Berhenti Bermimpi

Epicurus tidak mengajak kita berpuas diri. Dia mengajak kita untuk merasa cukup - mampu menghargai apa yang sudah dimiliki sambil tetap berkembang.

Ini tentang menemukan kepuasan dalam perjalanan, bukan hanya menunggu sampai di tujuan.

30 Detik untuk Membuka Mata

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline