Konsep Kebahagiaan Berbasis 5W, 6SA, dan Tiga Pilar
Kebahagiaan merupakan dambaan setiap manusia. Ia bukan sekadar rasa senang sesaat, melainkan kondisi batin yang tenang, sehat, serta bermakna. Berbagai teori psikologi dan filosofi menekankan bahwa kebahagiaan sejati berhubungan dengan keseimbangan antara kebutuhan hidup, hubungan sosial, dan makna spiritual. Dalam kearifan lokal, khususnya di Bali dan Jawa, konsep kebahagiaan dirumuskan secara sederhana namun mendalam melalui pendekatan 5W, 6SA, dan Tiga Pilar Kebahagiaan.
1. Kebahagiaan Berbasis 5W
Konsep 5W merujuk pada pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi agar seseorang dapat hidup layak dan seimbang, yaitu:
- Wareg: terpenuhinya kebutuhan pangan bergizi dan cukup.
- Wastra: terpenuhinya kebutuhan sandang yang layak.
- Wisma: terpenuhinya papan atau tempat tinggal yang nyaman.
- Waras: kondisi kesehatan fisik dan mental yang terjaga.
- Waskita: pendidikan yang memadai untuk menyiapkan generasi berdaya saing.
Kelima aspek ini adalah fondasi utama kehidupan manusia. Tanpa pemenuhan kebutuhan pokok tersebut, sulit bagi seseorang mencapai ketenangan batin.
2. Kebahagiaan Berbasis 6SA
Selain kebutuhan dasar, kebahagiaan juga ditentukan oleh cara seseorang mengelola hidupnya. Konsep 6SA mengajarkan kesederhanaan dan kecukupan melalui prinsip:
- Sakepenake: hidup sepantasnya, senyamannya, tidak berlebihan.
- Sabutuhe: sesuai dengan kebutuhan utama.
- Saperlune: seperlunya, secukupnya, tanpa boros.
- Sacukupne: memastikan kebutuhan pokok terpenuhi.
- Samesthine: diperoleh dengan cara yang benar dan halal.
- Sabenere: dijalankan sesuai aturan dan norma yang berlaku.
Prinsip-prinsip ini menuntun manusia untuk tidak terjebak dalam gaya hidup berlebihan. Hidup sederhana justru menghadirkan ketenangan, kerukunan, dan rasa cukup.
3. Tiga Pilar Kebahagiaan
Kebahagiaan sejati juga ditopang oleh tiga pilar utama kehidupan:
Keluarga (Good Family Life)
Keluarga adalah pusat emosional dan tempat kembali. Hubungan cinta, iman, dan kebersamaan menjadikan rumah tangga sebagai pondasi kebahagiaan.