Lihat ke Halaman Asli

Marsha Bremanda TR

A learner, Dreamer, Achiever

Gagap Digital, Bukti Kelunturan Otoritas Informasi Jurnalisme Saat Ini

Diperbarui: 31 Oktober 2021   11:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi gagap digital sumber: money.id

Era digitalisasi memang mengubah segalanya. Hampir seluruh sektor perlu beradaptasi dengan perubahan ini. Industri pers, menjadi salah satu sektor yang dituntut untuk dapat beradaptasi dengan baik. Namun, fenomena digitalisasi ini belum sepenuhnya berjalan dengan maksimal. Hal ini dapat kita lihat dari praktik jurnalisme saat ini.

Jika kita menengok kilas balik pemberitaan zaman dulu, terlihat jelas bagaimana sebuah berita diberitakan kepada khalayaknya. Ketika dulu masih menggunakan media konvensional seperti koran, majalah, radio, dll, kini dapat dilakukan secara digital.

Melalui handphone, kita sekarang dapat mengakses berita secara efektif dan efisien. Tidak perlu repot-repot membeli koran atau majalah. Informasi dan akses berita dapat dilakukan di mana saja, kapan saja, dan siapa saja.

Hadirnya digitalisasi ini, memang banyak membuat perubahan positif bagi masyarakat. Namun, tentu tetap ada sisi negatifnya. Saat ini, untuk memberitakan informasi tidak lagi didominasi oleh industri pers saja, tetapi bisa oleh siapapun.

Jika dulu aktor-aktor politik sangat bergantung pada televisi dan koran untuk menjangkau masyarakat, sekarang ini mereka dapat melakukannya lewat akun sosial media mereka sendiri.

Di saat yang sama, dari segi industri pers, mereka diberikan peluang yang luas dalam produksi konten baik di internet maupun media sosial.

Di era digitalisasi inilah jurnalisme mulai merangkak dari jurnalisme konvensional menuju multimedia. Namun, dengan dihadapkannya oleh situasi ini, industri pers perlu banyak bersaing dengan raksasa media lain seperti Google dan Facebook.

Industri pers mengalami gagap digital yang mana mereka harus beradaptasi secara cepat dan maksimal terhadap perubahan ini. Di sini, mereka perlu menyusun strategi baru untuk menghadapi tantangan tersebut.

Karena dituntut perkembangan yang pesat, industri pers cenderung mengambil langkah yang salah, yaitu dengan memproduksi lebih dan lebih banyak lagi konten di media sosial.

Kuantitas Produksi Konten Kian Bertambah

Adanya tranformasi ke dunia digital, industri media cetak paling kentara dalam menjadi korban adanya perubahan tersebut. Berbagai jenis konten, lebih banyak diunggah melalui intenet daripada dicetak seperti biasa.

Ilustrasi multitasking jurnalis sumber: indikasinews.com

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline