Lihat ke Halaman Asli

Maria G Soemitro

TERVERIFIKASI

Relawan Zero Waste Cities

Lebaran Nol Sampah? Mengapa Tidak?

Diperbarui: 14 Juni 2018   21:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: siglicyber.blogspot.com

"Volume sampah meningkat 2 kali lipat selama Lebaran".

Kalimat yang terdengar basi, ya?  Selalu berulang,  dari tahun ke tahun. Jika tak ada tindakan perubahan dari pemerintah, pihak swasta, dan masyarakat, bukan tidak mungkin kenaikan  jumlah sampah akan adu cepat dengan bertambahnya penduduk bumi. Karena beberapa jenis sampah baru akan terurai ratusan tahun lamanya, sedangkan usia rata-rata manusia hanya  tahun.

"Petugas kebersihan tetap bertugas di hari Lebaran", hanya itu yang dilakukan pemerintah untuk mengantisipasi lonjakan jumlah sampah. Pihak swasta bersikap pasif, bagaimanapun aktivitas mengurangi sampah kontradiktif dengan semangat konsumerisme. Tinggallah kita, anggota masyarakat yang harus menunjukkan sikap, mengurangi sampah, bahkan sebisa mungkin meniadakan sampah.

Bagaimana caranya?  Khususnya di hari raya Lebaran, saat aktivitas melonjak yang berpotensi nyampah. Beberapa kiat ini bisa dilakukan:

sumber: tokopedia.com

Alas plastik untuk sholat Ied.

Nampaknya telah menjadi pemandangan biasa jika usai salat Ied, maka area salat  berubah menjadi gunungan sampah koran. Pelaku berkilah, toh ada pemulung yang akan mengambilnya. Sementara tidak di setiap tempat ada pemulung, dan tidak semua sampah kertas bisa dijual. Sampah kertas yang basah dan kotor terkena air hujan, biasanya sulit dijual.

Kita bisa berkontribusi mengurangi timbulnya sampah dengan membawa karpet plastik atau alas plastik lainnya. Setibanya di rumah, karpet ini sangat mudah dibersihkan, untuk digunakan pada kesempatan lainnya.

sumber: psychedpaddleboarding.com

Katakan tidak pada AMDK

Harga sekardus air minum dalam kemasan (AMDK) sangatlah  murah. Namun biaya akibat kerusakan lingkungan yang ditimbulkan, sangatlah mahal. Bertambah buruk,   anak cucu kitalah yang menanggungnya. Jadi mengapa tidak mengubah kebiasaan minum AMDK dengan gelas kaca.

Bagaimana jika bertamu? Tolaklah dengan sopan, jika memungkinkan pergilah ke dapur untuk meminta air minum dalam gelas. Akan lebih baik lagi apabila membawa tumbler berisi air minum. Tindakan epik,  untuk kita,  dari kita.

sampah sedotan di lautan (sumber: instagram.com/aoutrafacedalua)

Katakan tidak untuk peralatan makan sekali pakai
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline