Lihat ke Halaman Asli

Roni Ramlan

Pembelajar bahasa kehidupan

Hikmah di Balik Ban Bocor

Diperbarui: 16 April 2021   00:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

"Siapa sangka di balik kejadian kecil yang kita anggap sebagai musibah, ternyata bagi yang lain adalah berkah", Dewar Alhafiz.

Setengah perjalanan pulang dari bimbingan belajar privat di desa Ngebong, Kecamatan Pakel, secara mendadak laju motor yang saya kendarai terasa tidak enak. Rasa-rasanya tidak seperti keadaan semula, beberapa saat sebelumnya. 

Rasa tidak percaya bercampur waspada kala itu berkecamuk hebat di dalam dada, saya pun bergegas memastikannya. Kira-kira apa yang menjadi sebab permasalahannya. Dari mana muara perkara itu bermula.

Sembari mengurangi kecepatan laju motor menjadi pelan-pelan, satu sampai dua menit saya sibuk meraba-raba dengan penuh perasaan terkait permasalahannya. Pertama, saya berusaha merasakan sensasi berjalan di jalur yang lurus seperti apa. 

Kedua, saya berusaha melepaskan tangan kiri dari stang motor, keadaan stang pun agak sedikit kurang stabil. Ketiga, saya berusaha mengatur ritme jalannya motor dengan sedikit jig-jag (berkelok-kelok kecil). Dan benar saja, ban bagian depan ternyata bocor. 

Seketika, motor yang ditunggangi pun saya arahkan ke bibir jalan. Motor berdiri tertahan standar. Saya pun turun guna memastikan seberapa parah ban itu bocor. Untungnya masih ada sedikit angin yang tersisa di dalam ban, sehingga cukup untuk mencari bengkel atau tukang tambal ban terdekat di daerah sekitar. 

Bak disapa teman dari kejauhan, kala itu untuk beberapa saat saya membuang waktu dengan celingukan sana-sini. Membuang pandangan dari ujung Selatan ke Utara, dari sisi Timur ke sisi Barat. Celingukan saya kali ini bukan sedang sandiwara mencari jalan pulang maupun untuk menarik gelak tawa, melainkan mencari solusi permasalahan itu terletak di mana. 

Ohya, lokasi saya berhenti tidak jauh dari pertigaan menuju tempat Argo Wisata Blimbing Mulyono Desa Moyoketen, Kalituri, Waung, Kecamatan Boyolangu. Tepatnya, lebih dekat dengan jembatan gantung yang menghubungkan dua pinggir kali Ngrowo. Mungkin bagi penduduk asli Tulungagung, tempat itu tidaklah asing, sehingga tahu persis letak kordinat itu ada di mana. 

Tak lama kemudian, saya memutuskan untuk menyusuri jalan menuju arah timur hingga akhirnya menemukan satu bengkel yang letaknya persis pada bagian kiri jalan. Awalnya saya kebablasan, namun dengan segera saya langsung berbalik badan. 

Sesampainya di bengkel tersebut, saya disapa oleh lelaki paruh baya yang entah siapa namanya. Pertama, ia menanyakan apa permasalahan yang menimpa motor saya. Kedua, menanyakan asal dan tujuan saya hendak ke mana. Lalu tenggelamlah kita berdua dalam percakapan yang lebih intens terkait alamat tinggal, pekerjaan dan Lain sebagainya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline