Lihat ke Halaman Asli

m adi kusumah

MAHASISWA

Menyulam Asa Di Lapangan Voli Tanah Air

Diperbarui: 12 Oktober 2025   20:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Langit sore di Magetan bergelayut merah jingga ketika para pemain terakhir meninggalkan arena. Basa-basi singkat dengan pelatih, hening sesaat menyusup --- dan kemudian tepuk tangan pecah, penutup babak Final Four Livoli Divisi Utama 2025 melintasi udara. Di sanalah, di tengah sorak penonton dan debu lapangan olahraga, kisah sebuah musim penuh harapan, tantangan, dan momen kebersamaan terekam abadi.

Kompetisi Livoli Divisi Utama 2025 merupakan musim ke-25 penyelenggaraan kasta tertinggi voli amatir nasional. Sejak 3 September hingga 19 Oktober 2025, turnamen ini menghadirkan 12 tim putra dan 11 tim putri, jumlah peserta terbanyak sejak Livoli mulai menambah kuota tim. Momentum ini bukan hanya soal siapa juara, tapi soal memperkuat ekosistem voli Indonesia, memberi ruang bagi tim-tim berkembang untuk bersinar.  

Mengusung ambisi baru, tim-tim unggulan mencoba mempertahankan reputasi mereka. Bogor LavAni Navy di bagian putra dan Petrokimia Gresik Pupuk Indonesia di putri menjadi sorotan, karena mereka datang sebagai juara bertahan dari musim sebelumnya. Namun setiap tahun olahraga memperlihatkan hal yang sama: gelar bukan warisan, melainkan hasil usaha hari demi hari.

Babak Regulasi dan Drama Awal

Dalam babak reguler, kita melihat tim yang biasanya di balik layar tiba-tiba menyulut kejutan. Rajawali O2C misalnya, di sektor putri, tampil dominan dari awal laga reguler. Mereka menumbangkan Bank Jatim dengan skor 3--1 (25--21, 23--25, 25--21, 25--23) di GOR Nambo.  Di kala momen itu, spiker Naisya Pratama Putri bersinar dengan 25 poin, simbol bahwa kejutan bisa dimulai dari tekad individu berpadu solidaritas tim.

Sedangkan di sisi putra, persaingan makin ketat di antara tim-tim besar seperti TNI AU Electric, Semarang Berlian Bank Jateng, hingga tim promosi seperti Sukun Badak Kudus dan Singo Yudha Kutai Barat yang ingin mencuri perhatian publik. Kejar-mengejar poin dan adu set menciptakan atmosfer tegang, di mana satu kesalahan bisa jadi celah bagi lawan.

Final Four: Titik Puncak Pergulatan

Akhirnya, ketika turnamen menjelang puncak, hanya empat tim terbaik yang bertahan di panggung Final Four. Di sinilah segala strategi diuji: stamina pemain, konsistensi pola permainan, dan mentalitas ketika tekanan mencapai titik maksimum.

Salah satu momen paling dramatis terjadi ketika Perumda Tirta Bhagasasi Bekasi berhasil melakukan comeback dan menundukkan Indomaret lewat skor 3--2 dalam pertarungan gugur. Itu bukan sekadar kemenangan --- itu narasi kebangkitan, bahwa tim yang tertatih di satu set bukan berarti mati peluang.

Final sendiri menghadapkan tim-tim pemenang reguler yang punya reputasi besar. Dalam zona sorak penonton, setiap servis, smash, ataupun pertahanan di depan net terasa seperti pertaruhan harga diri.

Antara Kekuatan Individu dan Kerja Tim

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline