Lihat ke Halaman Asli

M Abd Rahim

Guru/Dai

Tragedi di Warung Pak Sugi

Diperbarui: 4 November 2022   17:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri/diolah dengan canva.com

Pukul 17:05 kegiatan Maulid Nabi selasai, namun rintik hujan masih membasahi sekolah kami. Para guru, wali kelas, dan pembina OSIS memberi arahan kepada para siswa dan kakak-kakak OSIS untuk merapikan kursi dan bersih-bersih halaman sekolah. Kami masih di atas panggung menghibur mereka dengan beberapa lagu yang enak dan rancak. Ada dari sebagian mereka ikut bersholawat Nabi dan menlagukannya. Setelah turun panggung, kami kembali ke masjid untuk melepas seragam Banjari yang kami kenakan. Baju Banjari kaimi kumpulkan ke Ust. Abdul Aziz, sarung dan kupyah kami kembalikan di lemari khusus dalam masjid. Hujan semakin deras mengguyur bumi, angin bergerak keras menampar sepedaku hingga sampai rumah.

"Dit apa sudah salat maghrib?," Tanya Ibuku

"Dereng Bu!" Jawabku sambil melepas tas di atas kasur

"Cepat sana, langsung mandi dan keramas, agar tidak sakit!" Perintah Ibuku

"Njih Bu!" Aku bergegas ke kamar mandi sambil membawa handuk dan baju ganti

Aku sudah menjalankan kewajibanku, menghadap Allah dan membaca kitab suci. Sekarang aku minta izin kepada Ibu untuk bekerja di warung Pak Sugi.

"Assalamulaikum Bu, kulo berangkat rumiyen nggeh!" Kujabat tangan ibuku dan mencuim kedua pipinya

"Hati-hati ya nak!" Ibuku meneteskan air mata

"Seandainya Ayahmu masih ada, kau tak seberat ini menanggung kehidupan, Ya Allah lindungilah anakku, dan jauhkan dari marabahaya." Do'anya dalam hati

***

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline