Lihat ke Halaman Asli

Luna Septalisa

TERVERIFIKASI

Pembelajar Seumur Hidup

Ibu Pekerja dan Narasi tentang Pemberdayaan Perempuan yang Lupa pada Akar Masalahnya

Diperbarui: 25 Desember 2021   02:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi ibu pekerja. Photo by Anastasia Shuraeva from pexels.com

Sebelumnya izinkan saya untuk mengucapkan Selamat Hari Ibu kepada seluruh ibu dan perempuan hebat di mana pun. Menjadi ibu bukan hanya tentang mengandung dan melahirkan, tapi juga merawat, menjaga, membesarkan dan mendidik dengan cinta dan kasih sayang.

*** 

Pernah tidak Anda bertanya, kenapa sih harus ada perdebatan antara menjadi ibu pekerja vs ibu rumah tangga? Memangnya ibu pekerja bukan ibu yang baik, ya? Padahal kan dua-duanya sama-sama keren dengan caranya masing-masing.

Hal pertama yang perlu kita sepakati bersama adalah tidak peduli apakah ia seorang ibu pekerja atau ibu rumah tangga, keduanya adalah full-time mom.

Sebagai pekerja, orang akan mengalami pensiun di usia tertentu. 

Namun sebagai ibu, tidak pernah ada kata pensiun meskipun anak-anak sudah dewasa, mapan dan punya anak. Seorang perempuan hanya bisa pensiun menjadi ibu ketika kontraknya di dunia sudah habis

Sampai sini sepakat ya, ibu-ibu?

Kedua, yang perlu saya tegaskan juga, ibu pekerja tidak sama dengan ibu yang egois.

Ya, masih saja ada yang bertanya, "Perempuan kerja buat apa sih? Udah dinafkahi suami masih ambis aja ngejar karier."

Seolah-olah ibu pekerja lebih sayang pada pekerjaan dibandingkan anak-anaknya

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline