Lihat ke Halaman Asli

Nurhalia Manullang

Mahasiswi Universitas Pelita Harapan

Luka di Kala Senja

Diperbarui: 22 September 2018   09:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(artist.com)

Air mata terus membanjiri pipiku. Setelah lima tahun berlalu aku tak bisa melupakannya. Rasa sakit kembali terasa saat memandang foto berbingkai rapi di dinding kamarku. Foto itu terlihat bahagia, sebab ada aku dengan pria berbadan tinggi, putih, matanya coklat.

Tampak ia menggenggam tanganku, sedangkan kepalaku bersandar di bahunya. Dada ini terasa sesak jika aku memutar memori cinta bersamanya. Cinta memang sulit dimengerti. Ia pergi meninggalkan luka yang membekas di hati.

**

Brukkkk...

"Maaf..maaf," kata seorang lelaki bertampang rapi sembari memungut bukuku yang berjatuhan.

"Lain kali hati-hati dong! Udah tau gue telat pake nabrak segala," protesku kesal lalu membersihkan serpihan debu yang menempel di bukuku.

"Sekali lagi saya minta maaf." Sahutnya tersenyum sinis lalu pergi.

"Dasar!"

Postur tubuh yang tinggi itu segera berbalik meninggalkanku dengan menenteng tas hitam serta buku tebal. Aku berlari menuju kelas mahasiswa jurusan Pendidkan Bahasa Indonesia UNIMED. Dua menit lagi kelas Linguistik Umum dari pak Peter akan dimulai. Kalau sampai aku telat bisa jadi aku tidak dibolehin masuk kayak dulu.

"Cia, kok lama? Telat bangun atau nonton film Korea ya semalam?" tanya Felix, sahabatku sejak SMP hingga sekarang.

"Apaan sih? Gue lagi bete ajah. Habis tadi malam papa marah-marah mulu karena melihat IPK gue rendah banget. So, sebenarnya gue malas masuk kelas hari ini. Tapi mama maksa, terpaksa gue nurut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline