Lihat ke Halaman Asli

Linda Erlina

Blogger and Academician

Jelajah Jakarta Fair 2018, Saya Pergi untuk Kembali

Diperbarui: 13 Juni 2018   16:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO)

Sebagai orang Bekasi yang "seharusnya" deket sama Jakarta, saya merasa "malu" nih. Bayangkan, seumur-umur hidup baru kali ini saya menjejakkan kaki di event Jakarta Fair yang setiap setahun sekali diadakan. Norak ya? Gapapa deh daripada tidak sama sekali. Tiada kata terlambat katanya kan. Hehehe.

Sebelum pergi, saya punya ekspektasi bahwa Jakarta Fair "mungkin" seperti bazaar biasa pada umumnya. Jeng..jeng..yang namanya ekspektasi memang beda sama realitas. Ini kejadian banget. Bayangan saya pupus sudah, selamat tinggal bayangan Jakarta Fair hanya sekadar bazaar biasa. Terkesimak pastinya, saat masuk lewat pintu 9 yang merupakan zona ungu. Sale-sale bertebaran up to 70%, bayangkan siapa yang ngga ngiler lihat produk "branded" banting harga. Luar biasa!

Yuk rasakan Semarak Libur Lebaran di Jakarta Fair 2018 (Sumber: www.jakartafair.co.id)

Pemberhentian pertama: sepatu!

Nah saat saya masuk ke Hall A, salah fokus pertama dimulai dari produk sepatu. Tulisan sale up to 50% memanggil saya jauh lebih kuat dari apa yang saya bayangkan. Weleh-weleh, harga sale dengan prosentase tinggi ini juga dibarengi dengan kualitas tinggi kok, jadi tidak perlu khawatir bahwa "jatuh harga" identik dengan barang yang kualitasnya rendah. 

Gimana cocok ngga ya sepatu ini buat saya? (Sumber: Dok. Pri)

Jujur saya belum bisa menentukan pilihan nih walaupun muter-muter di bagian sepatu ini hampir 1 jam lamanya. Semuanya saya suka dan bagus nih, tapi untuk memutuskan sebuah pilihan memang sulit ya, sama kayak nemu jodoh *ups.

Pemberhentian kedua: surganya elektronik

Setelah puas dimanjakan oleh pilihan sepatu yang "kece", beberapa sepatu sudah masuk ke wish list dalam otak saya. Saatnya berburu barang selanjutnya yang juga saya butuhkan yaitu laptop. 

Tenang, disini banyak cicilan 0% loh dengan harga yang oke punya (Sumber: Dok Pri)

Sebagai salah seorang akademisi yang kerjaannya mainan sehari-harinya docking dan molecular dynamic, saya membutuhkan laptop dengan spesifikasi yang tertentu dan cukup tinggi. 

Adapun spesifikasi yang saya butuhkan antara lain: Intel Core minimal i5, RAM 4GB, hard disk up to 1TB, DDR3 atau DDR4, graphic card (NVIDIA Geforce), baterai yang tahan lama dan kalau bisa yang punya internal cooling supaya tidak cepat panas. Spesifikasi yang mendekati untuk kebutuhan saya ini sebelas dua belas dengan laptop yang biasanya digunakan untuk main game

Beberapa laptop sudah saya lihat dan review, petugasnya pun ramah dan paham banget ketika saya mulai "cerewet" tanya ini itu. Akhirnya saya mempunyai kandidat "andalan" produk beberapa merk seperti Acer, Asus, dan HP.

Pemberhentian ketiga: jelajah Indonesia dan aroma kopi espresso khas Aceh
Pemberhentian kali ini merupakan salah satu favorit saya selama berkunjung di Jakarta Fair. Saya suka karena suasananya lebih "syahdu" apabila dibandingkan dengan area lainnya. 

Di sini pengunjung dimanjakan dengan produk-produk khas dari daerah dari beberapa provinsi di Indonesia yang dibuat dengan konsep anjungan. Kece banget kan! Jadi berasa lagi keliling Indonesia deh. 

Anjungan Daerah Istimewa Jogjakarta (Sumber: Dok.Pri)

Saat masuk ke Anjungan Daerah Istimewa Yogyakarta, alunan musik Katon Bagaskara yang judulnya "Yogjakarta" membuat saya "lupa" kalau lagi di Jakarta. Pernak-pernik batik menghiasi anjungan Yogyakarta ini, berasa lagi di Malioboro pokoknya. Kualitasnya, jangan ditanya ini semua buatan khas daerah kok, pastinya jadi terobati rasa rinduku yang sudah lama ngga main ke Jogja. 

Selain anjungan Jogja, saya juga sempet lihat lihat ke anjungan Kabupaten Lebak Banten, Sumatera Utara, Sulawesi, Bangka Belitung (kampung halamanku) dan Aceh. Saat ke anjungan Aceh, saya agak lama di sini karena ada atraksi barista kupi Aceh yang sedang beraksi.

Wuih, ini dia nih atraksi Barista Kopi Saring khas Aceh, mantap! (Sumber: Dok. Pri)

Nah ini dia nih namanya Kopi Saring khas Aceh, cara pembuatannya unik, setelah bubuk kopi diseduh dengan air panas akan disaring beberapa kali dengan ketinggian yang fantastis (sambil mikir itu gimana caranya bisa ngga tumpah). Ketika ditanyakan dengan baristanya yang asli orang Banda Aceh ini, katanya jumlah berapa kali penyaringan tidak menjadi patokan karena akan ada semacam "feeling" aja gitu. 

Unik banget ya! Selain kopi khas Aceh yang diseduh untuk minuman ternyata juga digunakan untuk parfum loh. Wanginya jangan ditanya, enaakkkkk banget! Kopi banget deh! Dari beberapa rasa eh, bau parfum kopi biasa dan espresso, saya suka bau yang espresso. Bau parfum kopi espresso berasa kopi banget deh, jangan-jangan nanti saya minum lagi kalau lagi haus, hehehe. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline