Lihat ke Halaman Asli

Lilia Gandjar

TERVERIFIKASI

Penikmat aksara dan pencinta kata-kata.

Pendidikan Karakter, Tanggung Jawab Siapa?

Diperbarui: 5 Juli 2020   11:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Illustrasi | Freepik.com

"Bu, bagaimana jika buka Bimbel Alkitab?" Kata seorang pemuka agama.

"Bagaimana maksud, Bapak? Saya kurang paham." Jawab saya.

"Seperti bimbel biasa, tetapi yang diajarkan Alkitab." Ujar pemuka agama tersebut.

Dalam hati saya menimbang-nimbang, bagaimana cara menjawabnya. Sebab Alkitab adalah hal rohani, sedangkan bimbel adalah tempat bisnis. Walaupun kendaraan untuk keduanya sama, uang.

"Maaf, Pak. Saya hanya mengerti sedikit tentang Alkitab. Masih harus banyak belajar dari Bapak." Jawab saya untuk mengelak.

Puji Tuhan, orang-orang berdatangan ingin mengobrol dengan pemuka agama itu. Sehingga beliau sibuk menanggapi orang-orang dan saya pun terlupakan.
***

"Pemantapan karakter anak saat PJJ mulai dibebankan kepada orang tua." Ozy V. Alandika

Covid-19 bukan hanya membawa masalah. Namun menjadi cara terbaik mengembalikan fungsi orang tua sebagai guru pertama dan utama untuk anak-anaknya.

Orang tua adalah guru pertama. Maksudnya, orang tua adalah mahluk yang dilihat, didengar, dan dirasakan oleh anak sejak anak itu lahir. Sehingga apapun yang orang tua katakan, lakukan, dan ungkapkan, adalah pengajaran untuk anak-anaknya.

Orang tua juga disebut sebagai guru utama. Artinya, teladan hidup orang tua akan mempengaruhi gaya hidup anak. Sebab normalnya, anak dan orang tua berinteraksi rutin dan intens setiap hari.

Pendidikan karakter terbaik adalah di rumah. Orang tua dan anak sama-sama berkaca tentang karakter mereka. Dan sama-sama saling memperbaiki diri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline