Lihat ke Halaman Asli

Latifah Maurinta

TERVERIFIKASI

Penulis Novel

Ketika Seorang Bos Meminta Takjil Gratis

Diperbarui: 25 Mei 2019   06:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Kebiasaan berbagi takjil gratis sepanjang bulan mulia masih terus dilakukan Young Lady. Sore-sore jadi lebih indah karena diisi dengan berbagi. Hati ini diguyur rasa senang sebab bisa membahagiakan duafa dengan sedikit kemewahan yang manis.

Tapi, tak setiap sore berlukis indah. Ada hal yang mengganggu pikiran. Kejadiannya beberapa hari lalu.

Saat itu, Young Lady cantik berbagi takjil seperti biasa. Terlihat sekelompok laki-laki berbaju lusuh berkumpul di bawah pepohonan. ,Mereka tengah melepas lelah setelah bekerja keras memeras energi. Di kanan-kiri mereka, berderet banyak penjual makanan. Mulai dari makanan berat sampai makanan ringan. Ingin mereka membelinya, namun pendapatan tak cukup.

Para pria itu senang sekali menerima takjil gratis. Keinginan mereka sedikit terpuaskan. Tak perlu lagi mereka menatap rindu para penjual makanan. Di tangan mereka, kini telah tergenggam makanan pembatal puasa yang mereka harapkan.

Di antara suara-suara bernada terima kasih itu, terdengar suara lain. Seruan seorang pria. Suaranya keras, bukan jenis suara yang bagus. Pria itu terang-terangan minta takjil. Ternyata, ternyata, oh ternyataaaa, yang memintanya adalah seorang pria berkursi roda. Ia semacam bos, raja kecil di lingkungan itu.

Hellooooo, bos minta takjil gratis? Apa kata duniaaaa?

Bayangkan, mylove. Bayangkan! Orang kaya, orang yang punya kebebasan finansial, masih meminta-minta takjil gratis!

Tentu saja Young Lady tolak. Who do you tink you are, kayak lirik lagunya Christina Perry. Harusnya dia ngaca dong sebelum minta. Young Lady cantik punya alasan untuk tidak memberikannya.

Pertama, karena porsinya sudah habis. Syukurlah dia meminta tepat ketika semua porsi yang dibagikan telah habis. Buat apa menyisakan makanan gratis untuk orang kaya?

Kedua, kelakuannya sama sekali tidak mencerminkan bos yang baik. Bos bermental gratisan, itu label yang layak untuknya. Bila semua bos di negeri ini mengembangkan mental gratisan, apa kabar Indonesia?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline