Lihat ke Halaman Asli

Acek Rudy

TERVERIFIKASI

Palu Gada

Doyan Makanan Korea? Hati-hati Santet

Diperbarui: 6 Maret 2021   10:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Makanan Korea (sumber: Kompas.com)

Gelombang Korea menyerang Indonesia. Mulai dari K-Pop hingga Drakor. Gaya hidup pun berubah. Wajah korea-korean enak dilihat. Fesyen ala korea menjadi tren. Tidak luput juga makanan khas korea.

Apakah gelombang korea sedimikian hebatnya sehingga bisa memengaruhi selera makanan seseorang? Saya tidak suka kimchi, hingga kini tidak mau coba lagi. Istri tersayang dulunya tidak juga suka gochujang, tapi sekarang tergila-gila. Apakah yang terjadi?

Indra Perasa Sebagai Mekanisme Pertahanan

Ilustrasi Makanan Korea (sumber: idntimes.com)

Indra perasa kita memang berbeda-beda. Berbagai alasan bisa menjelaskannya. Mulai dari masalah biologis higga psikologis. Ternyata masalah selera makan jauh lebih kompleks daripada sekedar menonton drama korea.

Racun berbahaya bisa masuk ke dalam tubuh melalui mulut. Ternyata lidah adalah mekanisme pertahanan diri. Itulah mengapa kita menolak rasa pahit. Racun pada umumnya pahit rasanya.

Pada saat yang sama rasa manis sangat digemari. Glukosa dibutuhkan oleh tubuh sebagai energi. Hal ini lah yang membuat lidah cenderung memilih apa yang baik atau tidak bagi tubuh. Penandanya adalah rasa yang bisa dideteksi.

Secara unik, setiap orang bisa mengembangkan sistem pertahanan tubuhnya masing-masing. Mereka yang tidak suka cabe mungkin memiliki perut yang tidak kuat. Bukan karena penakut.

Orangtua kita juga berperan dalam menentukan selera makan kita

Ilustrasi Makanan Korea (sumber: kompas.com)

Disebutkan bahwa kita telah belajar sejak masih dalam kandungan. Begitu pula dengan rasa. Kata orang agar anak tidak nakal, janganlah makan kepiting semasa kehamilan.

Ada benar dan tidak benarnya. Jelasnya arwah kepiting tidak akan merasuki bayimu. Tapi, sang janin sudah mengenal bau kepiting yang menyengat sejak darinya. Saat ia besar, bau itu tidak asing lagi.

Namun, itu bukan penentu selera makanmu. Psikolog Elizabeth Phillips dari Arizona State University, AS mengatakan;

"Sampai umur dua tahun kita akan memakan apapun."

Persepsi terhadap selera makan akan berkembang setelahnya. Orangtua mungkin berpikir anaknya tidak doyan duren. Tapi, sebenarnya ia hanya tidak suka hal baru. Sang balita membutuhkan waktu untuk mengenali jenis rasa baru yang baru saja ia kenal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline