Lihat ke Halaman Asli

KhoiriAlfat

Mahasiswa/jurnalis

Semangat Dari Tenggara Yogyakarta: Belajar,Berbudaya,Merdeka!

Diperbarui: 8 Agustus 2025   13:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 pendidikan dengan budaya (Sumber :Pinterest) 

Di ujung tenggara Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di balik bukit kapur dan debur pantai selatan, Girisubo menunjukkan wajah pendidikan yang jarang disorot media nasional: sederhana, penuh keterbatasan, namun menyala oleh semangat dan nilai-nilai budaya lokal.

Memasuki bulan Agustus 2025, masyarakat Girisubo menyambut peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia dengan cara yang khas seperti menggelar pentas seni, lomba budaya, kirab desa, dan bazar pendidikan budaya lokal di halaman sekolah. Di balik kemeriahan itu, tersimpan cerita perjuangan pendidikan sosial yang meresap hingga ke dalam kehidupan warga.

Belajar dalam Kesederhanaan, Tapi Tak Kekurangan Arti

Kamis, 07 Agustus 2025 dengan narasumber Bapak Rahmad Sahari, seorang guru SD Negeri Wotawati, menyaksikan langsung semangat luar biasa dari para siswanya di pelosok Girisubo, meskipun harus menghadapi cuaca dingin dan medan yang tidak mudah.

"Anak-anak belajar tetap semangat walaupun dipaksa berangkat pagi dengan cuaca dingin. Ada siswa yang dari daerah Wotawati Ngaluran yang berjarak ke sekolah hampir setengah jam dan juga ada siswa dari kampung nelayan pantai Sadeng yang jarak sampai 35 menit lebih. Antusias siswa dengan semangat belajar ini memberikan kesan positif pendidikan di Girisubo," ucap Bapak Rahmad.

Sekolah-sekolah di Kepanewon Girisubo, Kabupaten Gunungkidul, bukan hanya tempat pembelajaran formal. Lebih dari itu, sekolah menjadi ruang sosial yang menanamkan nilai gotong royong, kesetiaan terhadap tradisi, serta solidaritas antargenerasi sejak dini.

"Anak-anak juga tetap aktif. Mereka membawa bekal yang tidak mewah cukup seadanya dan saling berbagi dengan teman sebangkunya, tetapi tetap semangat dan menunjukan kalau mereka bisa untuk belajar. Mereka mudah menangkap pembelajaran, banyak praktik dengan menggunakan budaya adat. Siswa mengaku suka dan senang saat belajar sehingga mempermudah kegiatan belajar mengajar," ujar Bapak Rahmad lagi.

Lebih dari itu, pembelajaran diintegrasikan dengan kesenian dan tradisi lokal. Seni kerawitan dan menari menjadi sarana ekspresi siswa yang juga memperkuat identitas budaya mereka.

"Kegiatan belajar juga disertai dengan media belajar seperti kerawitan dan menari. Walaupun terkendala alat gamelannya, tetapi antusias siswa tetap luar biasa," jelasnya.

Dengan menjadikan budaya dan alam sebagai basis pendidikan, Girisubo membuktikan bahwa keterbatasan bukan hambatan. Justru dari desa-desa kecil disetiap kepanewon seperti ini, tumbuh generasi yang tangguh, mencintai tanah air dan akar budayanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline