Lihat ke Halaman Asli

Pitutur #11: Urip Iku Urub & Spirit Kemanusiaan

Diperbarui: 24 September 2025   03:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi by kam/ai

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Hidup sering dipahami hanya sebagai perjuangan pribadi: mencari nafkah, membangun keluarga, mengejar kesuksesan. Padahal, leluhur Jawa menegaskan bahwa hidup tidak boleh berhenti pada diri sendiri. Hidup harus memberi manfaat bagi orang lain.

Itulah makna pitutur: "Urip iku urub." Hidup itu menyala, memberi cahaya, memberi kehangatan bagi sesama.

Urip Iku Urub: Hidup Bukan untuk Diri Sendiri

Falsafah Jawa ini mengajarkan bahwa manusia yang baik adalah manusia yang keberadaannya dirasakan orang lain.

Ibarat api, hidup itu harus nguripi---menghidupkan yang lain. Bukan sekadar urip (hidup), tapi juga urub (menyala).

Orang yang hidupnya bermanfaat, meski sederhana, akan dikenang dan dihormati. Sebaliknya, orang yang hidupnya hanya untuk dirinya sendiri akan cepat dilupakan.

Perspektif Islam: Manusia Terbaik adalah yang Paling Bermanfaat

Islam sangat menekankan makna hidup untuk sesama. Nabi Muhammad SAW bersabda:

"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya." (HR. Ahmad)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline