OLEH: Khoeri Abdul Muid
Hidup sering dipahami hanya sebagai perjuangan pribadi: mencari nafkah, membangun keluarga, mengejar kesuksesan. Padahal, leluhur Jawa menegaskan bahwa hidup tidak boleh berhenti pada diri sendiri. Hidup harus memberi manfaat bagi orang lain.
Itulah makna pitutur: "Urip iku urub." Hidup itu menyala, memberi cahaya, memberi kehangatan bagi sesama.
Urip Iku Urub: Hidup Bukan untuk Diri Sendiri
Falsafah Jawa ini mengajarkan bahwa manusia yang baik adalah manusia yang keberadaannya dirasakan orang lain.
Ibarat api, hidup itu harus nguripi---menghidupkan yang lain. Bukan sekadar urip (hidup), tapi juga urub (menyala).
Orang yang hidupnya bermanfaat, meski sederhana, akan dikenang dan dihormati. Sebaliknya, orang yang hidupnya hanya untuk dirinya sendiri akan cepat dilupakan.
Perspektif Islam: Manusia Terbaik adalah yang Paling Bermanfaat
Islam sangat menekankan makna hidup untuk sesama. Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya." (HR. Ahmad)