Lihat ke Halaman Asli

Telegram menjadi salah satu pusat situs ilegal

Diperbarui: 11 September 2025   09:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Telegram: Antara Privasi dan Ancaman Situs Ilegal
Telegram dikenal luas sebagai salah satu aplikasi pesan instan yang mengutamakan privasi dan keamanan. Dengan fitur enkripsi yang kuat, aplikasi ini menawarkan kenyamanan bagi penggunanya untuk berkomunikasi tanpa khawatir akan mudah disadap. Ditambah dengan antarmuka yang sederhana, Telegram pun berhasil menarik jutaan pengguna di seluruh dunia.
Namun, di balik citra positif tersebut, Telegram juga menghadapi sisi gelap. Anonimitas yang tinggi serta lemahnya moderasi membuat platform ini sering dijadikan tempat beroperasi berbagai aktivitas ilegal. Mulai dari perdagangan data hasil peretasan, penyebaran propaganda ekstremis, hingga distribusi konten berbahaya seperti pornografi anak dan deepfake. Meski pihak Telegram telah berupaya memperketat pengawasan, kasus-kasus penyalahgunaan terus bermunculan dan menunjukkan skala masalah yang cukup serius.
Tiga Fakta Penting tentang Penyalahgunaan Telegram
Perdagangan data curian dan kejahatan siber
Laporan UNODC menyebutkan bahwa Telegram telah menjadi salah satu pasar gelap digital di Asia Tenggara. Di sana, data hasil peretasan seperti kartu kredit, kata sandi, hingga malware dan layanan pencucian uang kripto diperdagangkan secara bebas.
Kanal teroris dan ekstremis
Investigasi New York Times menemukan ribuan kanal di Telegram yang digunakan untuk menyebarkan propaganda kelompok ekstremis, termasuk ISIS dan Hamas. Bahkan, ada sekitar 1.500 kanal yang terafiliasi dengan supremasi kulit putih serta jaringan yang memperdagangkan narkoba dan senjata.
Penyebaran konten pelecehan seksual anak dan deepfake
Kasus besar di Korea Selatan, dikenal dengan nama Nth Room (2018–2020), membuka mata dunia tentang bagaimana Telegram digunakan untuk menyebarkan konten eksploitasi anak. Lebih baru, pada 2024, terungkap pula adanya grup yang memproduksi dan menjual deepfake ilegal dengan korban perempuan muda.
Tiga Solusi untuk Mengatasi Masalah Ini
Memperkuat moderasi berbasis AI dan kerja sama global
Telegram perlu terus mengembangkan sistem deteksi otomatis untuk menekan penyebaran konten ilegal. Selain itu, kolaborasi dengan lembaga internasional seperti Europol atau UNODC menjadi penting agar penghapusan konten bisa dilakukan lebih cepat dan efektif.
Transparansi dan kerja sama hukum antarnegara
Sebagai platform global, Telegram harus lebih terbuka terhadap permintaan hukum yang sah dari berbagai negara. Bentuk kerja sama ini bisa diwujudkan melalui perjanjian resmi agar pemerintah dapat menindak pelanggaran dengan lebih mudah.
Verifikasi identitas dan sistem pelaporan yang jelas
Penerapan verifikasi pengguna, misalnya melalui nomor ponsel resmi atau dokumen identitas, dapat mengurangi tingkat anonimitas. Selain itu, adanya kanal pelaporan yang mudah diakses serta respons cepat dari pihak Telegram akan sangat membantu menekan penyebaran konten ilegal.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline