Lihat ke Halaman Asli

Kartika Kariono

Ibu Rumah Tangga

Tidak Ada Takjil Istimewa di Palembang Kok

Diperbarui: 17 Mei 2018   23:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bongkol dan sate pentul berdampingan (dok.pribadi)

Di hari pertama ramadan mulai dari pagi tadi berseliweran cerita tentang berburu takjil. Takjil itu memang segera tetapi tidak perlu diburu-buru, jika belum masuk waktu magrib ya belum bisa ta'jil.

Karena setahu saya ( yang pengetahuannya tak seberapa) arti kata takjil sesungguhnya adalah menyegerakan , Dalam hal ini menyegerakan membatalkan puasa, tidak perlu ditunda-tunda lagi, saat waktu magrib sudah tiba,maka batalkan puasa.

Tetapi tampaknya yang dimaksud takjil adalah hidangan pembuka puasa  (dalam KBBI daring ternyata memang demikian ).

Makanan pembuka puasa juga bukan hal istimewa juga, karena seteguk air minum dingin telah cukup menjadi pembatal puasa yang dilanjutkan dengan menu lainnya kebiasaan saya sepotong buah tropis.

Mestinya buka puasa banyakin makan buah (sekedar ilustrasi) dok. Pribadi

Disarankan untuk berbuka dengan yang manis, bahkan ada yang menyatakan disunahkan makan kurma, karena kita di negeri tropis kaya aneka ragam buah, menurut saya buah lebih bermanfaat buah sebagai pengembali energi seperti pepaya dan pisang .

Apakah menu yang dinikmati setelah memakan atau meminum pembatal puasa juga termasuk takjil? bukan hanya sebatas sepotong buah atau kurma dan air putih itu saja ?.Saya kurang paham juga, tetapi tema besar hari ini serunya berburu takjil favorit. Duh..maaf sekali saya hidup di era disrupsi teknologi, bukan lagi masa berburu dan meramu, Alhamdulillah  untuk mendapatkan air minum saya tidakperlu berburu. Ya...selesai dong tulisan saya di hari ke-3 ini kalau begitu.

Oh...tidak bisa,tadinya saya ingin bercerita soal pasar bedug dan pasar keget yang menjamur di Palembang sepanjang Ramadan . ((( menjamur)).

Tetapi di hari pertama ini saya belum memilih bermain ke sana, kuatir khilaf. Postur badan saya kan menjelaskan segalanya soal saya ini hanya pemakan atau penikmat makanan tidak mampu saya mengklasifikasikannya.

Paling penting,  di lidah ini cuma ada 2 rasa makanan, yakni  enak atau enak sekali .

Saya merasa kurang tergoda ke pasar bedug atau pasar kaget hanya sebuah alasan, tidak ada yang istimewa kok. Makanan yang dijual itu-itu juga. He..he...bukannya saya tidak bersyukur, justru saya hanya ingin menceritakan bahwa Palembang ini adalah surga kuliner.  Tidak perlu menunggu  bulan ramadan untuk merasakan kuliner khas Palembang,setiap hari tersedia kok, hanya saja dengan adanya pasar bedug dan pasar kaget kuliner mempermudah mendapatkannya, menjadi one stop shopping saja. Dimana semua pedagang semua jenis makanan berkumpul di satu area. 

Meski kadang-kadang umumnya yang berdagang adalah pedagang dadakan,yang hanya berdagang di bulan ramadan.Jadi untuk peminat makanan tertentu dijual oleh pedagang tertentu ya lebih memilih tempat makanan favorit.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline