Lihat ke Halaman Asli

Karnita

TERVERIFIKASI

Guru

Serangan dan Seruan: Antara Rudal, Rumah Sakit, dan Retorika Moral

Diperbarui: 26 Juni 2025   20:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Israel Bunuh Lebih dari 80 Orang di Gaza, Lokasi Bantuan Justru Jadi Jebakan Maut: 400 Tewas Sejak GHF Dimulai. /Reuters/Ibraheem A.M.  

Serangan dan Seruan: Antara Rudal, Rumah Sakit, dan Retorika Moral

"Yang membedakan kemanusiaan bukanlah pada siapa yang diserang, tapi pada siapa yang tetap menyembuhkan."

Oleh Karnita

Pendahuluan: Di Balik Dinding Rumah Sakit dan Dinding Dingin Retorika

Beersheba, Kamis pagi, 19 Juni 2025. Rumah Sakit Soroka menjadi saksi bisu dentuman rudal balistik yang mengguncang wilayah Israel penjajah. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu datang dengan wajah marah, menuding Iran sebagai pelaku "serangan terbuka terhadap warga sipil". Ia berbicara tentang moralitas dan hukum, tentang demokrasi dan pembunuh. Namun, di balik pidato itu, gema suara dari Gaza terdengar lirih tapi tajam: bukankah yang sama telah menimpa kami? Di rumah sakit kami, hari demi hari?

Berita ini, dilansir oleh Pikiran Rakyat (22/6/2025), membuka kembali luka global yang belum juga mengering: standar ganda dalam konflik Israel–Palestina. Dalam kunjungannya ke Soroka, Netanyahu berbicara dengan penuh tekanan emosional, namun menutup mata atas kehancuran yang dilegitimasi oleh kebijakan militernya sendiri di Gaza. Ketika sorotan diarahkan ke Iran, pertanyaan lama kembali mengemuka—siapa yang layak berbicara atas nama kemanusiaan?

Alasan ketertarikan kami pada isu ini bukan semata karena dinamika geopolitik Timur Tengah, tetapi karena titik kritisnya menyentuh ranah paling universal: perlindungan terhadap warga sipil, terutama di fasilitas medis. Serangan ke rumah sakit, siapa pun pelakunya, harus dikecam. Tapi ketika kecaman datang dari pelaku kekerasan yang sama terhadap rumah sakit lain, retorika itu menjelma ironi.

1. Rumah Sakit Bukan Medan Tempur

Dalam konvensi internasional, rumah sakit selalu dipandang sebagai wilayah netral dan sakral. Mereka berdiri bukan sebagai lambang satu pihak, tapi pelindung kehidupan, bahkan bagi musuh. Pernyataan Benjamin Netanyahu bahwa Iran telah menyerang bangsal anak-anak membuka luka moral. Tapi luka itu menjadi berlipat ketika Israel penjajah sendiri tercatat telah menghancurkan lebih dari 90% rumah sakit di Gaza.

Netanyahu menyebut serangan Soroka sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan. Tapi bukankah logika yang sama berlaku bagi Israel ketika menggempur RS Al-Ahli, Al-Shifa, Nasser, dan lainnya? Di sinilah letak kekosongan moral yang menyeruak: retorika hanya bernilai jika tidak dibungkus kemunafikan. Masyarakat global menuntut kejujuran, bukan hanya dari Iran, tapi dari semua pihak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline