Banyak orang meyakini hubungan adalah soal melengkapi kekurangan satu sama lain, lantas bisakah kedua attachment ini saling memahami sampai tahap melengkapi?.
Pada saat awal-awal hubungan ini dimulai mungkin mereka tidak akan menyadari adanya masalah terhadap pasangan, mereka mulai menemukan ketertarikan satu sama lain, semakin penasaran tentang perbedaan yang mereka miliki, memunculkan keinginan untuk mengenal dunia satu sama lain. Ini bukan contoh yang dimaksud dari melengkapi satu sama lain yang berawal dari perbedaan?
Namun, seiring berjalannya waktu, perbedaan itu akan membuat mereka saling tarik-menarik. Mengapa demikian? Karena mereka mempunyai persepsi soal cinta masing-masing individu yang disebabkan oleh pengalaman masa kecilnya. Seorang avoidant yang terbentuk dari pengalaman dimana dirinya mendapatkan minimnya perhatian dari orang-orang terdekatnya yang menjadikan dia memilih untuk tidak membutuhkan siapapun untuk membantunya. Sehingga dalam hubungan, dia akan sedikit dingin, berfokus pada dirinya sendiri dan memilih untuk menjaga jarak dari pasangannya. Sedangkan, seorang yang memiliki anxious attachment terbentuk dari pengalaman masa lalu dimana anxious mendapatkan perhatian yang tidak konsisten seperti saat mereka marah, mereka tidak dibujuk dan memintanya untuk segera melupakan. Pada akhirnya mereka merasakan bahwa mereka kebutuhan emosionalnya tidak terpenuhi. Dalam hubungan, mereka akan mengedepankan perasaan pasangannya daripada dirinya sendiri, menginginkan validasi terhadap perasaannya, terlalu takut untuk ditinggalkan, dan merasa cemas jika pasangannya menjauh.
Nah, dari pernyataan diatas sudah jelas bahwa mereka saling tarik-menarik, dimana anxious yang mengejar berusaha maju untuk mendapatkan penjelasan dalam hubungan tersebut, sedangkan avoidant yang memilih untuk menarik diri menjauh, dirinya merasa sesak dan tidak ingin berkomitmen karena tidak memiliki kapasitas emosional yang cukup. Lama kelamaan, saat anxious merasa dirinya diabaikan ia akan merasa frustasi dan semakin menuntut, tapi semakin avoidant didesak ia akan semakin menjauh dan melindungi dirinya sendiri.
contoh kecil dari kejadian yang dialami oleh pasangan anxious dan avoidant: ketika seorang anxious menanyai pasangannya yang avoidant soal kekhawatirannya terhadap sesuatu, misalnya berita tentang avoidant yang menyukai wanita lain. Sudah dipastikan anxious merasa cemas dan membutuhkan sebuah kebenaran dan kepastian dari kabar yang dia dengar, pikirannya sudah tidak karuan merasa dirinya kurang, tidak berharga dan pikiran-pikiran lainnya mulai muncul. Namun, pada saat anxious ini menanyakan pada pasangan avoidnya dia malah menjauh dan tidak memberikan rasa secure pada anxious, avoid merasa tidak nyaman saat ditanyai terus-menerus dan didesak secara emosional. Pada akhirnya dia akan menjauh, membuat benteng untuk dirinya sendiri, termasuk memutuskan hubungan secara sepihak. Kenapa memutuskan hubungan? Karena dia berpikir anxious adalah ancaman bagi dirinya karena selalu ditekan dan menyesakkan, maka akhirnya dia membuat self defense untuk dirinya. Dia berpikir kalau dia tidak terlalu butuh hubungan itu dan dia sudah ditahap hopeless sama manusia. Karena pada akhirnya dia akan menemui ujung yang sama seperti sebelumnya dimana dia akan ditinggalkan, maka dari itu dia memilih untuk menjauh.
Kalian yang sedang dalam fase ini, pernah kah kalian merasa ingin menyerah pada pasangan kalian?
Hubungan ini sudah jelas toxic, yang membahayakan diri masing-masing. Keduanya tidak ada yang lebih baik, mereka memiliki trauma masing-masing. Lantas, apakah attachment ini berlaku permanen? Tentu saja tidak. Attachment ini bisa diubah dimulai dari kesadaran, kemudian keinginan masing-masing individu untuk berubah, karena ini jelas tidak baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Hubungan yang toxic akan berubah jadi sehat saat kedua pasangan bisa saling memahami satu sama lain. Komunikasi itu penting, tapi harus dibarengi dengan sebuah pemahaman. Memahami adalah salah satu jalan untuk menuju hubungan yang langgeng, jika memahami saja tidak bisa, mau kemana hubungan ini dibawa?
Mungkin banyak dari hubungan anxious dan avoidant ini tidak berakhir baik. Tapi ketika sudah bisa secure emosional masing-masing maka hubungan ini akan bertahan lama. Dimulai dari anxious yang mencoba untuk memberikan ruang pada avoidant, jangan mendesak bahkan sampai menuntut berlebihan. Lakukanlah dengan mencoba berpikir tenang agar pikiran tidak kalut dan merasa cemas dan mencoba untuk tidak bergantung pada pasangan. Untuk avoidant, cobalah untuk membuka diri agar anxious bisa lebih memahami perasaan. Belajar untuk percaya pada pasangan, belajar untuk bertahan alih-alih lari dari masalah. Pelan-pelan untuk berani membicarakan apa yang dipikiran. Komunikasi harus dibarengi dengan pemahaman begitupun sebaliknya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI