Lihat ke Halaman Asli

Aku, Internet, dan Kesehatan Mentalku

Diperbarui: 11 Oktober 2020   13:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

“You are not a doctor. Remember that. ─ No, but I play one on the internet.” (Tucker, 2012)

Terjebak dalam Pikiran dan Bertemankan Keluhan Fisik

Seorang klien wanita (RJ) berusia 24 tahun bercerita bahwa sejak 14 bulan terakhir dirinya mengalami nyeri pada beberapa bagian tubuhnya. Dimulai dari sensasi gatal dan panas pada bagian payudara kiri. Klien sudah beberapa kali mendatangi dokter dan pusat pelayanan kesehatan, namun keluhan tidak pernah sembuh bahkan semakin parah. 

Klien merasa dokter yang memeriksanya kurang kompeten sehingga tidak mampu melakukan pemeriksaan yang tepat (menurut klien). Tak puas dengan usaha yang ada, klien aktif mencari informasi terkait keluhan yang dirasakannya.

Menurut klien, informasi yang diterima mengarah pada simtom kanker payudara. Sejak saat itu, klien terus merengek pada orang tuanya bahwa dirinya ‘pasti’ sedang mengalami gejala awal kanker payudara.

Klien mengatakan hampir setiap waktu ia memandang dan meraba payudara kirinya karena khawatir simtom lanjutan kanker payudara akan muncul. Orang tua klien terus meyakinkan klien bahwa keyakinan klien salah dan tidak akan terjadi apa-apa. Klien mengatakan bahwa dirinya merasa tidak memperoleh dukungan dari orang tuanya.

Rentang beberapa bulan kemudian, klien merasakan dada kirinya nyeri dan terasa berat saat bernapas. Klien kembali mencari informasi melalui internet terkait kondisi yang dialami. Klien mengatakan pada saat itu semua simtom yang ia rasakan mirip dengan diagnosis penyakit jantung koroner.

Tak jauh dari itu, klien merasakan nyeri bertubi-tubi menyerang tubuhnya. Mulai dari nyeri yang tidak biasa di perut bagian bawah, punggung dan ulu hati. Seluruh simtom yang dirasakan mengarah pada penyakit parah, seperti kanker ovarium dan penyakit jantung koroner.

Dimulai dari sini, klien mengatakan seringkali menangis dan merasa kesal dengan semua orang termasuk orang tua dan teman-temannya. Ketika klien mengeluhkan simtom yang dirasakan dan perkiraan diagnosis keluhannya, semua orang mengatakan klien berlebihan.

Klien memutuskan untuk pergi ke rumah sakit dan mendatangi beberapa poli sendiri, seperti poli penyakit dalam, poli kandungan dan poli umum. Klien menjelaskan dirinya bahkan mengikuti beberapa prosedur laboraturium untuk mendapatkan keakuratan pemeriksaan.

Namun, seluruh dokter di masing-masing poli menyimpulkan bahwa klien tidak mengidap penyakit apapun sehingga tidak satu dokter pun yang memberikan resep obat pada klien

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline