Lihat ke Halaman Asli

Jujun Junaedi

TERVERIFIKASI

Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

SKJ "Super Kidz Jaman Now": Gerakan Anti Mati Gaya, Bangun Tim Solid dan Mental Juara di Sekolah Baru

Diperbarui: 18 Juli 2025   08:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejumlah siswa kelas 1 SD Plus Al Ghifari Bandung asyik mengikuti kegiatan senam pagi, Jumat (18/7/2025). | Dok. Pribadi/Jujun Junaedi

Pagi ini, Jumat, (18/7/2025) di SD Plus Al Ghifari Kota Bandung, matahari bulan Juli 2025 mulai menghangatkan. Bukan hanya itu, semangat anak-anak baru juga mulai membara. Hari ini bukan cuma tentang perkenalan meja dan kursi, tapi juga tentang gerakan seru yang bikin badan segar dan hati riang. 

Ini dia, SKJ "Super Kidz Jaman Now"! Senam kesegaran jasmani (SKJ) yang sudah ada sejak era 80-an ini memang terus dikembangkan agar tetap asyik, tidak bikin bosan, dan pastinya, sesuai dengan anak-anak SD zaman sekarang.

Bagi sebagian orang tua, mungkin SKJ mengingatkan masa kecil mereka. Gerakan yang ritmis, musik yang ceria. Tapi di SD Plus Al Ghifari, SKJ bukan sekadar senam biasa. Ini adalah sebuah "resep ampuh" untuk banyak hal baik. Terutama di hari pertama sekolah, di mana anak-anak masih malu-malu dan sedikit canggung. 

SKJ hadir sebagai pemecah kebekuan. Membuat mereka bisa bergerak bersama, tertawa bersama, dan secara tidak langsung, mulai membangun ikatan yang kuat. Ini adalah cara anti mati gaya untuk memulai petualangan di sekolah baru.

Gerakan Asyik, Hati Gembira: Mengusir Canggung Sejak Dini

Hari pertama sekolah seringkali diwarnai rasa gugup. Anak-anak baru mungkin merasa kecil di tengah lingkungan yang asing. Mereka belum tahu siapa teman sebangku mereka, apalagi teman main. 

Nah, di sinilah SKJ "Super Kidz Jaman Now" memainkan peran pentingnya. Begitu musik dimainkan, dengan irama yang lebih modern dan gerakan yang disesuaikan, anak-anak mulai bergerak. Awalnya mungkin masih canggung, meniru gerakan kakak pembimbing atau guru di depan. Tapi perlahan, tubuh mereka mulai luwes.

Gerakan-gerakan yang dirancang sederhana namun energik, seperti melompat kecil, mengayunkan tangan, atau menoleh ke kanan dan kiri, sangat mudah diikuti. Tidak ada tuntutan harus sempurna, yang penting bergerak dan bersenang-senang. 

Guru-guru dan kakak-kakak pembimbing juga ikut bersemangat, memberikan contoh dengan senyum dan tawa. Suasana yang tadinya sunyi berubah jadi riuh rendah dengan celotehan dan gelak tawa anak-anak. Mereka saling melirik, mungkin ada yang salah gerakan, tapi justru itu yang jadi bahan tertawaan yang menyenangkan, bukan ejekan.

Keringat mulai menetes, tapi wajah mereka berseri. Rasa malu yang tadinya menyelimuti perlahan menghilang. Mereka melihat teman di sampingnya ikut bergerak, ikut tertawa. Mereka merasa tidak sendirian lagi. Momen-momen seperti ini, di mana mereka bergerak dalam harmoni, sangat efektif untuk memecah dinding kecanggungan. 

Mereka tidak perlu berkata-kata untuk berkenalan. Cukup dengan senyum dan gerakan senam bersama, sebuah komunikasi non-verbal yang jauh lebih efektif di usia mereka. Ini adalah cara asyik membangun keakraban tanpa paksaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline