Lihat ke Halaman Asli

Jujun Junaedi

TERVERIFIKASI

Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

PLH: Mengajarkan Anak Cara "Berbicara" dengan Sampah dan Mengelolanya dengan Bijak

Diperbarui: 25 Juni 2025   12:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siswa SD Plus Al Ghifari Bandung sedang asyik berkreasi dengan barang bekas dalam pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup. | Dokpri/Jujun Junaedi

Di balik kesibukan hiruk pikuk sekolah, di antara tumpukan buku pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, atau IPA, ada satu mata pelajaran yang mungkin sering terlewatkan perhatiannya: Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH). 

Khususnya di tingkat sekolah dasar, PLH tidak sekadar mengajarkan teori tentang lingkungan, tetapi berpotensi besar untuk mengubah cara pandang anak-anak terhadap salah satu masalah terbesar di sekitar kita: sampah. 

Lebih dari itu, PLH sebenarnya sedang mengajarkan anak-anak cara "berbicara" dengan sampah, memahami keberadaannya, dan mengelolanya dengan bijak.

Mungkin terdengar aneh, "berbicara" dengan sampah. Tentu saja, ini bukan berarti anak-anak benar-benar mengobrol dengan tumpukan botol plastik atau sisa makanan. Frasa ini adalah sebuah metafora, kiasan. 

Ini berarti PLH membimbing anak-anak untuk memahami asal-usul sampah, perjalanan sampah setelah dibuang, dampaknya pada lingkungan, dan apa yang bisa kita lakukan terhadapnya. 

Ini adalah bentuk komunikasi yang mendalam, bukan verbal.

Memahami Asal-Usul Sampah: Langkah Pertama "Berbicara"

Langkah pertama dalam "berbicara" dengan sampah adalah memahami dari mana ia berasal. 

Dalam pelajaran PLH, anak-anak diajarkan bahwa setiap barang yang kita gunakan, dari kemasan makanan hingga pensil yang sudah habis, pada akhirnya akan menjadi sampah. 

Mereka belajar tentang jenis-jenis sampah, seperti organik dan anorganik, serta contoh-contohnya dalam kehidupan sehari-hari.

Misalnya, guru PLH bisa membawa berbagai contoh sampah ke kelas. Ada kulit pisang, kertas bekas, botol plastik, dan kaleng minuman. Anak-anak diajak untuk mengamati, menyentuh, dan bahkan mencium. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline