Lihat ke Halaman Asli

Julius Deliawan A.P

https://www.instagram.com/juliusdeliawan/

Merdeka di Kelas, Merdeka Dalam Pikiran : Refleksi Guru Pada HUT RI Ke-80

Diperbarui: 16 Agustus 2025   14:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.kompas.com/tren/read/2024/08/05/120000865/tak-hanya-indonesia-ini-daftar-negara-dengan-hari-kemerdekaan-pada-agustus?page=all

Upacara berjalan khidmat, merah-putih berkibar gagah, dan seluruh peserta didik bernyanyi penuh semangat. Namun setelah upacara usai, sebagian siswa langsung menunduk kembali ke ponselnya. Buku catatan masih kosong, literasi tetap rendah, dan diskusi di kelas sering kandas di tengah jalan.

Saat itu saya tersadar: apakah kemerdekaan yang dirayakan setiap tahun benar-benar sudah sampai ke ruang kelas? Ataukah kemerdekaan baru berhenti pada seremoni, sementara dunia pendidikan kita masih terjajah oleh ketertinggalan dan ketidakpedulian?

Dari Bambu Runcing ke Papan Tulis

Para pejuang dulu mengangkat bambu runcing melawan penjajah. Hari ini, guru seharusnya "mengangkat" papan tulis, laptop, atau pena sebagai senjata. Tetapi faktanya, banyak guru terjebak dalam rutinitas: mengajar sekadar menjalankan kewajiban, bukan membebaskan pikiran siswa.

Kita merdeka secara politik sejak 1945, tetapi apakah kita sudah merdeka secara intelektual? Data PISA 2022 menempatkan Indonesia di peringkat bawah dalam literasi membaca. Ini bukan sekadar angka, ini alarm bahwa perjuangan di ruang kelas jauh dari kata selesai.

Seharusnya, setiap guru adalah pejuang pembelajar. Karena hanya guru yang terus belajar yang bisa membebaskan siswa dari "penjajahan" baru: malas berpikir, miskin literasi, dan miskin keberanian untuk berpendapat.

Kemerdekaan Bukan Sekadar Lomba 17 Agustus

Saya menyukai lomba tarik tambang dan balap karung di sekolah. Anak-anak tertawa riang, suasana penuh kebersamaan. Tapi mari jujur, kemerdekaan tidak bisa diukur dari seberapa keras kita menarik tambang. Kemerdekaan sejati justru terlihat dari apakah siswa kita berani menarik garis pikirannya sendiri.

Guru pembelajar harus menghadirkan kemerdekaan itu: ruang kelas di mana siswa boleh salah, berdebat, mempertanyakan, bahkan menantang guru. Karena di situlah pikiran merdeka lahir.

Menulis: Senjata Sunyi Guru

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline