Beberapa bulan ini, harga kelapa mengalami kenaikan. Tidak hanya di kota, kenaikan harga kelapa juga dirasakan oleh penduduk desa terutama di daerah penghasil kelapa.
Di Depok misalnya, harga sebutir kelapa untuk santan berkisar antara Rp 10.000 hingga 18.000, tergantung ukurannya. Di Manado, sebagai daerah penghasil kelapa, harga sebutir kelapa untuk santan berkisar Rp 7.000 hingga Rp 10.000.
Kenaikan harga kelapa tentu disambut gembira oleh petani atau pemilik kebun kelapa.
Sebagai tanaman sosial yang diusahakan oleh rakyat, perubahan harga tentu memengaruhi kehidupan rakyat.
Namun, seringkali kita hanya melihat bahwa kenaikan harga kelapa ini dikaitkan dengan kehidupan petani/pemilik kebun kelapa.
Padahal, ada sosok penting yang berjasa menghadirkan kelapa dari atas pohon ke tangan konsumen. Mereka adalah pemanjat atau pemetik buah kelapa.
Bisa dikatakan, pekerjaan memanjat kelapa merupakan pekerjaan paling sulit dalam proses produksi. Tidak semua orang bisa mengerjakan hal ini, termasuk mereka pemilik kebun kelapa.
Pemanjat/Pemetik Kelapa
Panen kelapa merupakan momen yang ditunggu-tunggu oleh pemilik kebun. Pada panen tahun-tahun pertama, proses pemetikan buah kelapa tentu mudah. Akan tetapi, jika buah yang akan dipetik makin tinggi, maka dibutuhkan tangga.
Ketika pemetikan dengan menggunakan tangga tidak bisa menjangkau buah kelapa, maka cara terakhir adalah memanjatnya. Masalahnya, memanjat kelapa bukanlah pekerjaan mudah, tetapi sulit dan beresiko.