Lihat ke Halaman Asli

JESSY MUTHIA AYU NINGTYAS

Mahasiswa, Universitas Muhammadiyah Buton

Srinur Jenie, Mahasiswa Teknik Sipil Unipas, Petakan 12 Goa Potensial di Kalabbirang Bantimurung

Diperbarui: 29 Juli 2025   12:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kec. Bantimurung

Maros, Kompasiana -- Keindahan dan kekayaan alam Kalabbirang, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, kembali menarik perhatian akademisi. Srinur Jenie, mahasiswa Teknik Sipil dari Universitas Pasifik Morotai, menjalankan program pemetaan titik-titik Leang (goa) sebagai langkah awal konservasi dan pengembangan potensi wisata serta edukasi prasejarah.

Langkah ini diambil mengingat banyaknya goa bersejarah dan alami yang tersebar di Kelurahan Kalabbirang, namun belum terpetakan secara komprehensif. Padahal, kawasan ini menyimpan potensi luar biasa sebagai destinasi wisata alam, situs edukasi geologi, hingga pelestarian warisan budaya prasejarah.

"Pemetaan ini tidak hanya bertujuan mengidentifikasi posisi goa, tetapi juga mendorong pembangunan berkelanjutan yang berbasis konservasi," ujar Srinur saat diwawancarai tim Kompasiana di sela kegiatan survei lapangan.

Tujuan Program: Menguak Potensi Tersembunyi Kalabbirang

Program ini menargetkan 12 titik goa yang tersebar di Kelurahan Kalabbirang. Di antaranya adalah Leang Lompoa, Leang Burung 1 dan 2, Leang Bembe', Leang Pangia, hingga Leang Pajae. Setiap titik dikunjungi langsung untuk dilakukan observasi, pengambilan data koordinat, dan dokumentasi visual.

Proses pemetaan dilaksanakan melalui lima tahapan metode:

  1. Studi Awal dengan menghimpun informasi dari masyarakat lokal dan literatur.
  2. Survei Lapangan yang dilakukan bersama warga sebagai pemandu.
  3. Pengambilan Titik Koordinat menggunakan GPS berbasis ponsel.
  4. Dokumentasi Visual, termasuk tampak luar dan bagian dalam goa bila memungkinkan.
  5. Pemetaan Digital dengan menyusun data visual dalam peta interaktif menggunakan QGIS dan Canva Maps.

Dari hasil pelaksanaan, tercatat 12 goa lengkap dengan informasi karakteristiknya. Misalnya, Leang Burung 1 yang terkenal sebagai situs lukisan dinding purba, Leang Timpuseng yang memiliki nilai arkeologis tinggi, hingga Leang Bettue yang kerap dijadikan lokasi penelitian manusia purba. Sementara itu, Leang Pangia dan Leang Ulu'wae tercatat memiliki medan yang cukup ekstrem, mengharuskan pendampingan oleh warga setempat.

Namun demikian, proses pemetaan ini tidak lepas dari sejumlah tantangan. Di antaranya, akses jalan yang terbatas dan cuaca yang tidak menentu kerap menghambat pengambilan dokumentasi. Selain itu, keterbatasan peralatan eksplorasi juga membatasi pencatatan kondisi bagian dalam goa.

"Kami juga menghadapi kesulitan karena belum adanya data tertulis yang lengkap. Beberapa goa bahkan harus ditemukan secara manual melalui informasi masyarakat," tambah Srinur.

Konservasi, Edukasi, dan Harapan Ke Depan

Pemetaan ini diharapkan menjadi pondasi awal bagi pemerintah, akademisi, dan masyarakat dalam merancang strategi konservasi serta promosi wisata goa di Kalabbirang. Kawasan ini memiliki peluang besar menjadi laboratorium alam terbuka, tak hanya untuk penelitian, namun juga sebagai destinasi wisata berbasis edukasi yang mampu menggerakkan ekonomi lokal secara berkelanjutan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline