Kekerasan oleh siswa di sekolah adalah masalah serius yang mempengaruhi tidak hanya murid, tetapi juga guru dan tenaga kependidikan. Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk bersama-sama berperan aktif dalam memberantas kasus kekerasan di lingkungan pendidikan. Upaya ini telah mendapatkan landasan hukum yang kuat melalui Permendikbudristek No. 46 Tahun 2023 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan.
Masalah kekerasan oleh siswa merupakan isu yang telah lama menghantui dunia pendidikan dan sosial. Bullying dapat ditemukan di berbagai lapisan masyarakat, terutama di lingkungan sekolah. Ini adalah permasalahan serius yang mempengaruhi kesejahteraan anak-anak dan remaja, baik secara fisik maupun mental. Untuk memahami mengapa anak sering menjadi korban bullying dan bagaimana mengatasi masalah ini, kita perlu melihat latar belakangnya.
Berdasarkan penelitian dan laporan dari berbagai negara, tingkat kejadian bullying di kalangan anak-anak dan remaja cukup tinggi.
Bullying fisik, verbal, psikologis, dan cyberbullying. Dalam beberapa kasus, bullying dapat berlangsung secara tersembunyi atau tidak terdeteksi, membuat korban merasa terisolasi.
Kekerasan oleh siswa dapat memiliki dampak psikologis yang serius pada korban. Anak-anak yang menjadi target bullying sering mengalami stres, kecemasan, depresi, bahkan memiliki pemikiran untuk bunuh diri. Mereka mungkin merasa takut, malu, atau tidak berdaya dalam menghadapi situasi ini.
Mengapa Anak Sering di Bullying?
1. Perbedaan
Salah satu penyebab utama bullying adalah perbedaan. Anak-anak yang berbeda dari yang lain, baik dari segi penampilan fisik, orientasi seksual, atau latar belakang budaya, sering menjadi target. Perbedaan ini dapat menjadi pemicu perilaku bullying, terutama jika orang-orang di sekitarnya tidak memiliki pemahaman atau empati terhadap perbedaan tersebut.
2. Kelemahan atau Ketidakmampuan Melawan
Anak-anak yang tidak memiliki kemampuan untuk melawan atau melaporkan perilaku bullying cenderung menjadi korban. Mereka mungkin kurang percaya diri atau takut untuk melaporkan kejadian tersebut kepada orang dewasa.
3. Dorongan dari Teman Sebaya
Sosial dan kelompok sebaya memainkan peran penting dalam dinamika bullying. Terkadang, anak-anak melakukan bullying karena ingin mendapatkan pengakuan dari kelompok mereka atau merasa terdorong oleh teman-teman mereka. Ini dapat menciptakan lingkungan di mana bullying menjadi perilaku yang diterima.