Lihat ke Halaman Asli

Isnaeni

Belajar dengan menulis.

Mencegah Pengaruh Buruk Pornografi pada Anak

Diperbarui: 12 April 2022   07:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sejak zaman purba manusia sudah mengagumi tubuh mereka sendiri. Melihat indahnya ciptaan tuhan atas diri mereka. Namun begitu manusia tidak terlepas dari nafsu yang ada di diri mereka sendiri. 

Apabila nafsu dimatikan, maka manusia juga akan mati. Terkadang nafsu inilah yang apabila tidak bisa dikendalikan menjadi menjadi liar dan melampaui batas. 

Nafsu manusia merupakan anugrah bagi manusia, bisa juga sebaliknya. Bila dikendalikan dengan baik maka akan memberikan kebaikan dan manfaat.  Seperti halnya pornografi merupakan hal yang disenangi oleh manusia. Senang akan sesuatu yang dimiliki oleh gambaran lawan jenis dan keindahannya. 

Akan menjadi masalah apabila dengan motivasi demikian manusia terkungkung oleh kehausan akan pornografi yang tidak berkesudahan. 

Akal akan terliputi oleh keinginan tersebut dan tidak menjadi nahkoda bagi kehidupan manusia.

Banyak hal yang tidak masuk akal dilakukan karena hasrat hati yang terlalu menyenangi pornografi. Uang, waktu dan sumber daya lainnya terbuang dengan begitu saja untuk memenuhi hasrat yang tak kunjung padam. 

Hasrat inilah yang dimanfaatkan  bagi para pencari rupiah untuk mengais uang sebanyak-banyaknya dengan kemasan bermacam-macam. 

Pornografi ada dimana-mana. Dalam obrolan-obrolan yang berupa candaan, dalam buku-buku dan foto-foto  yang menceritakan, dan dalam tontonan yang menghanyutkan. Pornografi bisa hadir dalam berbagai media baik yang sengaja maupun yang tidak sengaja.

Anak-anak merupakan makhluk tuhan yang aslinya masih bersih dalam berpikir. Masih polos dengan apa yang diucapkan oleh orang dewasa atau apa yang mereka tonton. Terlalu banyak menonton dan mendengar membuat anak terbiasa dan mengerti hal-hal yang dilakukan oleh orang dewasa. 

Anak yang terbiasa mendengar dan melihat orang tua melakukan pornografi dan pornoaksi tanpa arahan dan batasan orang tua mulai berani menirunya. Dan menganggap perbuatan demikian adalah hal biasa.

Pernah terjadi ada seorang anak SD kelas enam yang dengan entengnya dalam media sosial (memakai nama palsu) dengan berani menginbok guru di sekolahnya dengan kata-kata mesum. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline