Pernahkah Anda melihat foto segelas kopi dengan latte art berbentuk hati di Instagram atau TikTok? Bagi sebagian orang, itu hanya minuman yang cantik. Namun bagi yang lain, segelas kopi bisa berbicara banyak hal tentang gaya hidup, identitas, bahkan hubungan sosial.
Kopi Sebagai Tanda
Dalam semiotika Charles Sanders Peirce, tanda terbagi menjadi tiga: ikon, indeks, dan simbol. Menariknya, foto latte art hati bisa masuk ke semuanya.
Ikon. Foto itu jelas menunjukkan kemiripan dengan objek aslinya, yaitu busa kopi berbentuk hati. Kita bisa langsung mengenali bentuk itu sebagai lambang kasih sayang atau keindahan.
Indeks. Foto tersebut menandakan adanya peristiwa nyata. Ada barista yang menuang busa, ada seseorang yang duduk di kedai, dan ada suasana yang sedang diabadikan. Foto menjadi bukti keberadaan momen itu.
Simbol. Bentuk hati membawa makna yang lahir dari budaya. Ia dimaknai sebagai cinta, perhatian, dan romantisme. Di media sosial, simbol ini meluas menjadi tanda gaya hidup modern yang dekat dengan estetika.
Lebih dari Sekadar Segelas Kopi
Mengapa orang suka membagikan foto latte art? Jawabannya tidak sekadar karena rasa kopinya enak. Ada makna sosial yang menyertainya.
Pertama, latte art menjadi ekspresi identitas. Seseorang yang mengunggahnya ingin menunjukkan citra modern, estetik, dan kekinian.
Kedua, ia berfungsi sebagai simbol status sosial. Kedai kopi estetik atau specialty coffee sering dikaitkan dengan kelas menengah perkotaan. Dengan membagikan fotonya, seseorang menunjukkan akses dan selera tertentu.
Ketiga, praktik ini menciptakan ruang interaksi sosial. Dari satu foto kopi bisa lahir obrolan sederhana: "Bikin di mana nih?" atau "Cantik banget latte art-nya." Obrolan kecil ini memperkuat hubungan antar pengguna media sosial.