"Menjaga lisan bisa memasukkan seseorang kedalam surga, karena itu berpikirlah terlebih dahulu sebelum berucap, karena semua yang kita ucapkan akan dipertanggung jawabkan, ingat buah dari ucapan lisan bisa membawa kebaikan atau keburukan"
Jadikan Mulutmu Sebagai Sumber Nasihat Bukan Masalah
Mulut bisa menjadi sumber nasihat tetapi bisa juga menjadi sumber malapetaka tergantung kepada diri masing-masing dalam memanfaatkan nikmatnya lisan, apa yang terjadi baru-baru ini menjadi viral menghiasai jagad maya kasus yang menimpa anggota DPR Ahmad Sahroni yang memiliki jabatan Wakil Ketua Komisi III DPR, kini ia tak lagi menjabat pimpinan komisi, tetapi sebatas anggota di Komisi I DPR pergeseran ini tidak lepas dari akibat pernyataanya menanggapi aksi para Mahasiswa yang akan membubarkan DPR bahwa itu merupakan TOLOL sedunia pernytaan inilah yang memicu gelombang kemarahan rakyat yang sulit dibendung akibat pernyataan bernada merendahkan, bahkan menghina rakyat dampaknya memicu kemarahan , dan menimbulkan gelombang protes dari rakyat
Indonesia Berbagi
Bercermin dari kasus tersebut kita seharusnya menyadari bahwa perkataan yang keluar dari mulut adalah salah satu sarana untuk mengekspresikan kejernihan hati seseorang , menuangkan isi kepala (pikiran) untuk berinteraksi dengan lingkungan sosial masyarakat jadi betapa tidak dapat dibayangkan jika perkataan yang dilontarkan menyakiti pihak lain karena itulah perkataan memegang aspek penting dalam kehidupan manusia khususnya dalam berkomunikasi, persoalannya adalah bagaimana menciptakan komunikasi yang baik, benar dan berkualitas tentunya harus mengikuti norma dan etika yang berlaku sehingga terjalin persahabatan, bukan perselisihan, dan bahkan konflik berdarah-darah.
Pesantren MAQI
Ingat nasihat para orang tua, atau para guru zaman beheula yang sering menasehati jaga mulutmu, jangan ngomong sembarangan mungkin kalimat ini sering kita dengar meski terkesan menakutkan namun ini sebuah nasehat baik memberikan pesan agar kita tidak asal ngomong sembarangan berpikir sebelum berbicara agar tidak menimbulkan masalah, tidak menimbulkan kegaduhan, dan tidak menimbulkan konflik karena lisan disamping bisa menjadi sumber nasehat tetapi juga dapat menjadi senjata yang melukai bahkan merusak hubungan, karena itulah pilihlah diksi yang baik dan menyejukkan atau kalau tidak bisa, maka diam akan jauh lebih menyelamatkan, jadi betapa pentingnya manusia menjaga mulutnya dari perkataan buruk yang menyebabkan pertikaian, permusuhan, ingat dampak akibat ucapan lisan itu jauh lebih tajam daripada pedang karena luka lisan sembuhnya lebih lama dari pada luka akibat sayatan senjata
NarasiPost.Com
Sebuah pepatah Arab mengatakan "salamat- al-'insan fii hifzillisan""Keselamatan manusia tergantung pada kemampuannya menjaga lisan." jika kita mau merenungkan pepatah ini ada benarnya bahwa keselamatan dalam pergaulan sosial di masyarakat terletak pada bagaimana pandainya untuk menjaga mulut, bukankahk sering mendengar mulutmu adalah harimaumu ini menunjukkan bahwa ucapan atau perkataan bisa menjadi senjata tajam yang dapat menyakiti atau melukai orang lain, jika tidak dijaga dengan baik meskipun luka akibat mulut tidak berdarah namun rasa sakitnya bisa berkepanjagan, dan sejatinya sesama anggota tubuh saling mempengaruhi manusia untuk mendorong melakukan perbuatan terpuji maupun tercela, dan mulutlah sebagai terminal terakhir yang akan menjadi kunci, namun lisan seperti pisau bermata dua, satu sisi apat digunakan untuk menebar misi ebaikan, seperti mengajarkan ilmu pengetahuan , dan memberi nasihat, namun, di sisi lain, lisan juga bisa melukai hati orang lain melalui perkataan buruk, seperti fitnah, gosip, dan ujaran kebencian.
Indonesia.id
Oleh karena itu, Islam hadir mengajarkan umatnya untuk senantiasa menjaga adab berbicara, berkata dengan lemah lembut, tidak menyakiti orang lain, dan menghindari pembicaraan yang sia-sia, karena itu mari kita menjadikan lisan sebagai alat untuk menyebarkan kawasan-kawasan kebaikan, lisan yang menyejukkan, lisan yang memberikan rasa aman, dan memberikan kenyamanan kapan dan dimanapun kita berada ... Wallahu A'lamu
Sabtu, 30 Agustus 2025
Kreator Kompasiana : Inay Tea, Pondok Damai, Cileungsi, Kab. Bogor