Lihat ke Halaman Asli

Imam Kodri

TERVERIFIKASI

Kepemimpinan Jokowi Seorang Demokrat Sejati, dan Anti Korupsi?

Diperbarui: 30 Desember 2015   11:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Presiden Jokowi diarak pendukung di Bundaran HI (foto: Dede Kurniawan/Okezone)"][/caption]

 

Dalam kepemimpinannya Presiden ke 7 Jokowi sebentar lagi akan menginjak usia satu tahun dua bulan. Sampai dengan 2015 ini, Jokowi semakin tampak sebagai seorang yang demokratis sejati. KeDemokrasian-nya Jokowi dilambari dengan jiwa kepemimpinannya yang khas yang melahirkan sifat-sifat kepemimpinan yang me-ngayomi khususnya kepada wong cilik. Sifatnya khas selalu mewarnai pribadi Jokowi antara lain hangajeni (menghargai) kepada siapapun. Selalu menghargai setiap pendapat bermacam bentuknya baik yang mendukung maupun yang menentangnya. Dengan sifat ini ternyata tidak satupun lawan-lawan politik yang semula berseberangan merasa sakit hati apalagi dendam, malah banyak diantara mereka berbalik menjadi pendukung setianya.

Sifat kepemimpinan Jokowi lainnya adalah kehati-hatian atau orang jawa sering menyebutnya waspada paningal, sehingga membuat dirinya sebagai seorang pemimpin yang tidak bisa ditipu. Jokowi tak bisa ditipu karena kecintaannya kepada rakyat sehingga tangannya , matanya, telinganya, kakinya adalah rakyat yang mangejawantah. Sehebat apapun kekuatan tipu muslihat yang datang dari kaki tangan asing tidak akan mempan. Karena dalam perjalanan kepemimpinannya, sebenarnya ia sedang memerankan sebagai rakyat, pemegang kedaulatan sebagaimana yang diamanatkan dalam konstitusi, sehingga kemanapun ia pergi, rakyat akan selalu melindungi.

Ia juga memiliki kebesaran jiwa, kesabaran dan kecerdasan rochaniah, ternyata merupakan senjata sangat ampuh selama 2015 terbukti mampu membuat suasana damai. Jokowi tidak menaklukan akan tetapi mereka sendiri yang takluk, semula menjadi lawan dan berseberangan namun pada akhirnya menjadi kawan. Termasuk yang berkarakter keras kepala, penghujat, bawel dan ngeyel terutama dari politisi muda bergaya preman sekalipun, ujung-ujungnya takluk tanpa syarat. Orang tidak mengira kubu KMP di DPR yang begitu gencar selalu menyerang Jokowi dalam semua persoalan, namun pada ujungnya malah mendukung Jokowi walaupun dengan cara malu-malu kucing.

Hampir semua kasus yang terjadi antara DPR dengan pemerintah selalu berujung adem karena semua untuk rakyat, demikian yang Jokowi kehendaki, menang tanpa harus merendahkan musuh-musuhnya. Termasuk yang terbaru Kasus Pencatutan nama Presiden Jokowi oleh Ketua DPR Setya Novanto. Semua orang pasti mengira, Jokowi pasti akan dicurangi oleh keputusan MKD, tetapi nyatanya tidak, malah berbalik 180 derajat. Teman-teman SN dari KMP pada putusan akhir tak satupun memberikan nilai plus kepada SN. Kebalikannya apa yang terjadi semua orang tahu, dan sangat mengagetkan. MKD dari kubu KMP memberikan nilai raport merah darah kepada SN atas kasus papa minta saham.

Bagaimana Jokowi menangani kasus Freeport dengan cara cerdas, bijak mengedepankan kepentingan nasional. Jokowi tentu saja tidak akan mengulangi kebijakan orde baru dalam urusan Freeport yang dikeluarkan dengan nafsu tanpa mengindahkan hakekat konstitusi dalam menjalankan dan mempertahankan kedaulatan negara khususnya kewajiban menjaga dan mengelola sumber kekayaan alam untuk kemakmuran rakyat. Kasus lainnya misalnya Mafia Petral yang sudah sangat karatan puluhan tahun menipu untuk menggerogoti harta rakyat dan tidak seorangpun dapat membendungnya termasuk SBY. Ternyata dalam hitungan bulan Jokowi sanggup membongkarnya dan pada akhirnya dibabat habis. Walapun harus menghadapi tekanan dahsyat baik dari lingkaran dekatnya maupun pihak luar tak digubris, karena pada dirinya amanat dan kepentingan rakyat adalah utama.

Presiden Jokowi pasti sangat menghayati petuah para leluhur adat Jawa, dan menjadi budaya kepemimpinan Jawa “ Dedalane guna lawan sekti kudu andap asor wani ngalah luhur wekasane” (Jalan mendapatkan kesaktian/keunggulan dan berakhir dengan kemenangan harus dengan lemah lembut, bersedia mengalah untuk mendapatkan derajat kemuliaan), adalah sifat yang sering ditunjukan oleh Presiden Jokowi bila menghadapi orang-orang yang garang yang mengaku paling pinter termasuk orang-orang yang pandai menutup-nutup dirinya dengan citra, seperti mantan pemimpin kita yang sangat mudah tersinggung itu.

Kepemimpinan Jokowi dengan pembawaan yang sederhana dan dibalut dengan kecerdasan dan kebesaran jiwa sehingga pekerjaan-pekerjaan besar dan sangat rumit warisan masa kepemimpinan presiden sebelumnya mampu diselesaikan tanpa menimbulkan kejolak yang berarti. Serangan sedahsyat apapun menyerang kepada dirinya dapat ditolaknya dengan cara yang sangat bijak dan cerdas. Jokowi mampu mengatasi keruwetan-keruwetan super rumit yang diakibatkan oleh para pendahulunya.Tetapi dengan bermodalkan ketenangan hati dan kesabaran mental yang dilambari dengan Dedalane guna lawan sekti kudu andap asor wani ngalah luhur wekasane” semua persoalan warisan masa lalu dapat diselesaikan dengan ringan-ringan saja, yang penting lancar dan tercapai tujuannya.

Bukti yang paling nyata dan tak terbantahkan adalah Jokowi memenangkan membawa suara dan kehendak rakyat Indonesia dalam menjalankan amanat demokrasi dalam praktek ketatanegaraan melalui penyelengggraan pilkada langsung, dan sekaligus menciptakan sejarah baru penyelenggaraan pesta demokrasi terbesar dan terunik didunia. Dunia sangat mengapresiasi bangsa Indonesia dalam memaknai demokrasi bukan hanya dalam slogan dan teori kosong, akan tetapi nyata dan dapat dijadikan contoh bahkan oleh negara besar seperti Amerika sekalipun. Perjalanannya memang cukup berat karena pada awalnya mendapat perlawanan dari kelompok KMP yang dikomandoi oleh Ketua Umum partai Golkar, PKS, Gerindra yang berlatar belakang militer, bukan sembarang militer tetapi militer yang sudah sangat terkontaminasi anti demokrasi alias diktator.

Jokowi dalam membangun alam demokrasi yang sehat sesuai dengan kehendak rakyat, juga mendapat perlawanan bawah tanah dari pimpinan puncak Partai Demokrat yang bermuka dua, artinya diluarnya saja kelihatan setuju Pilkada langsung, tetapi pada hakekatnya hatinya menolak. Namanya saja Demokrat tetapi dalam perjalanannya nama demokrat hanya pencitraan, sebagai selimut untuk menyelimuti hatinya yang anti demokrasi. Jokowi masih mengingatnya dengan sangat tajam, bagaimana perselingkuhan demokrat dalam upaya menolak UU Pilkada langsung ketika itu Fraksi Partai Demokrat melalui instruksi tersembunyi SBY melakukan walkout dalam sidang DPR untuk pengesahan Rancangan Undang-Undang Pemilihan Kepala Daerah (RUU Pilkada).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline