Lihat ke Halaman Asli

Ilham Nur Maulana

Mahasiswa program studi Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, NIM 24107030064.

Omah Klangenan: Homestay Bernuansa Jawa di Tengah Perkebunan Buah Salak

Diperbarui: 30 Mei 2025   06:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tampilan luar salah satu kamar di Omah Klangenan (Dokumentasi Pribadi)

Di kawasan utara Yogyakarta, tepatnya di Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, terdapat banyak kawasan hunian yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal, tetapi juga berkembang menjadi ruang kegiatan publik. Pertumbuhan kawasan wisata di sekitar kaki Gunung Merapi membuat wilayah seperti Dusun Candi, Kelurahan Bangunkerto, menjadi salah satu destinasi alternatif bagi wisatawan yang mencari suasana alam yang tenang, jauh dari keramaian pusat kota. Kawasan ini didominasi oleh perkebunan salak dan rumah-rumah warga dengan model tradisional, menghadirkan atmosfer desa yang masih terjaga.

Salah satu tempat yang berkembang secara organik dari fungsi hunian menjadi ruang publik adalah Omah Klangenan. Terletak di Dusun Candi, homestay ini awalnya adalah rumah pribadi milik pasangan yang memilih menetap di Yogyakarta setelah pensiun dari dunia kerja di Jakarta. Tini (58), pemilik Omah Klangenan, menyampaikan bahwa Omah Klangenan ini berbeda dengan homestay komersial pada umumnya yang dirancang sejak awal untuk kebutuhan bisnis. Omah Klangenan ini justru lahir dari respons terhadap kebutuhan sosial dan komunitas. Desain rumahnya mempertahankan ciri khas rumah desa Jawa, lengkap dengan struktur joglo, halaman luas, dan kamar-kamar yang lapang.

Rumah tersebut mulai disewakan pada awal 2022. Awalnya hanya untuk tamu dari kalangan keluarga atau teman dekat, namun seiring waktu mulai menerima rombongan mahasiswa dan komunitas lain yang ingin mengadakan kegiatan seperti makrab atau gathering. Sejak 2023, Omah Klangenan mulai dikenal luas sebagai homestay komunitas yang fleksibel dan terbuka untuk berbagai kegiatan. Tidak ada renovasi besar-besaran yang dilakukan. Halaman yang dulunya dipenuhi kebun salak sebagian dikosongkan untuk area kegiatan dan kolam renang, dan halaman utama, sedangkan struktur bangunan tetap dipertahankan dalam bentuk aslinya.

Joglo di depan taman yang biasanya digunakan untuk acara pembuka kegiatan pengunjung (Dokumentasi Pribadi) 

Fasilitas yang tersedia cukup memadai untuk kelompok besar. Terdapat enam kamar utama dan satu rumah panggung, yang masing-masing dapat menampung empat hingga enam orang. Tempat tidur disediakan dalam bentuk dipan utama dan ekstra bed, dan pengaturan kapasitas per kamar diserahkan kepada penyewa. Kemudian ada dapur umum yang bisa digunakan oleh pengunjung saat ingin memasak. Ada juga kolam renang, kemudian rumah panggung (Rumah kaca) dan ada juga lapangan yang cukup besar di luar Omah Klangenan yang biasanya digunakan untuk kegiatan seperti Senam, dan games. 

Sistem sewa tidak menggunakan pola hotel, melainkan model homestay privat, di mana satu rombongan menyewa seluruh tempat untuk menghindari campur tamu. Tarif yang ditetapkan adalah Rp3.000.000 per malam untuk 15 orang, sudah termasuk dengan sarapan. Jika jumlah tamu melebihi itu, dikenakan tambahan Rp160.000 per orang. Tamu juga dapat memesan makan siang atau malam dengan sistem prasmanan. Harganya bervariasi, mulai dari Rp25.000 per orang, dan tarif tersebut dapat disesuaikan dengan kebutuhan, terutama jika tamu berasal dari kalangan mahasiswa. Seluruh makanan dimasak oleh tim lokal dari desa sekitar.

Operasional Omah Klangenan dijalankan dengan pendekatan langsung oleh pemilik rumah yang juga tinggal di bagian belakang homestay. Semua kegiatan seperti check-in, koordinasi jumlah tamu, hingga diskusi mengenai pembagian kamar dilakukan secara personal. Dalam satu hari, waktu check-out ditetapkan pukul 12.00, sementara check-in dimulai pukul 14.00. Jeda dua jam ini digunakan untuk pembersihan, penggantian sprei, dan penataan ulang ruangan agar siap menerima tamu berikutnya. Ada kalanya pengunjung bisa datang lebih cepat dari jam itu, maka Tini dan juga suaminya meminta untuk tamu baru itu menunggu sebentar di area Joglo. 

Media sosial menjadi alat bantu promosi utama. Akun Instagram dan TikTok homestay ini dikelola oleh anggota keluarga yang memiliki latar belakang pendidikan komunikasi pemasaran. Meskipun aktif secara digital, sebagian besar pengunjung datang melalui jaringan rekomendasi. Repeat order menjadi fenomena umum, terutama pada musim liburan. Banyak tamu yang kembali setiap tahun, baik untuk merayakan tahun baru, libur Lebaran, maupun acara keluarga besar lainnya.

Dalam satu minggu, Omah Klangenan menetapkan satu atau dua hari sebagai hari kosong tanpa tamu. Biasanya hari Selasa atau Rabu dipilih untuk kegiatan internal seperti bersih-bersih dan fogging area kebun. Jika ada calon tamu yang ingin menyewa pada hari tersebut, pengelola akan menawarkan jadwal alternatif. Keputusan ini dibuat agar ritme kerja tim tidak terganggu dan lingkungan tetap terawat.

Hal yang menjadi kekuatan utama Omah Klangenan adalah keterlibatan masyarakat sekitar dalam operasional harian. Hampir seluruh tenaga kerja, mulai dari bagian dapur, kebersihan, taman, hingga logistik homestay, berasal dari Dusun Candi. Pendekatan ini tidak hanya menciptakan ruang ekonomi baru di lingkungan sekitar, tetapi juga membangun rasa memiliki dan kebersamaan antara pengelola, warga, dan tamu yang datang. Penduduk tidak hanya dilibatkan sebagai pekerja, tetapi juga sebagai bagian dari pengalaman yang ditawarkan kepada pengunjung. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline