Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Fuadi Tak Pernah "Mati"

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

MENULIS di benak Ahmad Fuadi, penulis novel 'Negeri 5 Menara', bukan lagi sekadar popularitas dan uang. Ia telah menjelma menjadi nyawa. Nyawa yang selalu menjadikannya hidup sepanjang masa. Seperti yang ia sampaikan, menulislah dan kamu tak pernah tua.

Berjumpa dengan Bloger Makassar

Setahu saya Ahmad Fuadi bukan kali ini pertama datang ke Makassar. Tetapi berjumpa dengan para blogger di kota Daeng, setahu saya ini yang pertama. Acara yang helat oleh Kompasiana berkejasama dengan islamic bank (iB), Sabtu, 31 Maret lalu sungguh berbeda. Itu karena yang hadir adalah para member kompasiana, yang akrab disebut kompasianer. Berkumpul dan bertukar pikiran tentu sangat menyenangkan. Kami paling tidak punya hobi yang seragam yakni, menulis.

Acara yang bertempat di gedung Bank Indonesia (BI) lantai IV ini berlangsung santai dan meriah. Sekitar 250 peserta blogshop kompasiana ini duduk mengitari meja bundar. Setiap meja ada 6-7 orang. Bahkan ada beberapa peserta yang tak kebagian tempat duduk. Saya termasuk beruntung datang agak cepat, dapat baju kaos bertuliskan "Negeri 5 Menara', makanan ringan dan alat tulis. Yang membuat kegiatan ini tidak membosankan karena sejumlah permainan yang disuguhkan di tengah acara yang cukup menghibur. Hadiahnya juga menarik, tiket nonton dan buku. Terus terang ada banyak hal yang diperoleh, terutama bagi saya, penulis pemula atau apalah namanya.

Tampil sebagai pembicara antara lain editor kompasiana, Iskandar Zulkarnain, redaktur kompasiana, Pepih Nugraha dan tentu saja penulis yang kini tengah naik daun Ahmad Fuadi. Meski ketiganya punya latarbelakang yang sama yakni wartawan dan menyampaikan hal yang kurang lebih sama tentang menulis, tapi mereka punya gaya yang berbeda.

Pukul 09.00 acara dimulai. Dipandu oleh MC yang sok heboh. Tampil sebagai pembicara awal adalah Iskandar Zulkarnain. Iskandar Zulkarnain adalah writter, blogger, dan editor kompasiana. Sebagai blogger ia akrab dengan dunia maya, internet. Internet adalah sarana yang paling digemari saat ini untuk menuangkan ide dan gagasan. "Menulislah apa yang Anda kuasai bukan sekedar disukai". Selain itu, menulis secara teratur lebih baik. Saya sepakat kontinuitas dalam menulis adalah hal penting.

Sementara Pepih Nugraha, penggagas kompasiana, menekankan bagaimana kekayaan sebuah tulisan. Misalnya Pepih membuka pembicaraan dengan pengetahuan tentang Makassar, dari bahasa, kesenian hingga kuliner. Kita bisa menulis apa saja jika kita punya pengetahuan tentang hal tersebut. Saya rasa pengetahuan mas Pepih tentang Makassar lebih kaya dibanding saya. Yang paling saya sukai dari pernyataan mas Pepih adalah, "Semua penulis memiliki gaya sendiri, menulislah dengan gayamu".

Ahmad Fuadi, yang tampil sesudah makan siang sekaligus pembicara terakhir, tampak sederhana dengan setelan kemeja kotak-kotak dan celana jeans biru. Pria berkacama ini terlebih dahulu memutar cuplikan film Negeri 5 Menara yang disambut riuh tepuk tangan peserta.

"Menulis untuk berbagi inspirasi," katanya. Inilah motivasi Ahmad Fuadi berbagi melalui tulisan. Dia juga mengajarkan tentang ketekunan. Cara mengatur irama semangat menulis. Hal itu dilakukannya ketika menulis novel pertamanya 'Negeri 5 Menara'. Novel pertama dari trilogi Negeri 5 Menara ini dikerjakan selama satu setengah tahun. Novel yang penuh inspiratif dengan jargon 'manjadda wa jadda', barang siapa bersungguh-sungguh dia akan mendapatkannya. Ia juga mempelihatkan Mind Map pada kami. Ini tentang peta bagaimana merencanakan menulis buku.

Ini baru pertama kali saya bertemu langsung dengannya. Setahu saya umurnya sudah menginjak kepala empat, tapi dia kelihatan umur 27 tahun. Seperti yang dia sampaikan, 'menulislah dan kamu akan selalu muda'. Dia sempat bercerita pengalamannya berjumpa dengan patung Ibnu Rusd di Spanyol. Meskipun tokoh ini sudah berabad-abad meninggal, tapi Ahmad Fuadi merasa ia tetap hidup. Hidup melalui karya-karyanya yang masih dibaca hingga sekarang dan mungkin sepanjang masa. Penulis itu tak pernah "mati". 

Peserta dari Ambon
Antusiasme bloger Makassar memang besar terhadap kegiatan ini. Bukan saja dari Makassar, salah satu warga kota Ambon juga hadir pada kegiatan ini. Maklum kegiatan blogshop ini hanya dihelat di tiga kota besar, Bandung, Surabaya dan Makassar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline