Lihat ke Halaman Asli

Ikhtiyatoh

Pengembara

Apalah Arti Kemerdekaan Palestina Jika Israel Masih Menginvasi Gaza

Diperbarui: 25 September 2025   22:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Image: Risalah Amar

Menghitung hari, perang Israel-Gaza hampir genap dua tahun sejak 7 Oktober 2023. Miris. Di tengah euforia masyarakat dunia menyambut 'Deklarasi New York', serangan Israel terhadap Gaza masih terus dilancarkan. Lalu, apalah arti kemerdekaan Palestina jika Israel masih terus menginvasi Gaza?

AS Menolak Kemerdekaan Palestina

Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendukung berdirinya negara Palestina yang merdeka. Dukungan tersebut disahkan melalui 'Deklarasi New York' pada Jum'at (12/9/2025). Sebanyak 142 negara anggota PBB mendukung resolusi tersebut, 10 negara di antaranya menolak, dan 12 negara lainnya abstain.

Deklarasi New York merupakan peta jalan mewujudkan solusi dua negara Israel dan Palestina. Namun, tak sedikit yang pesimis Two-State Solution mampu menyelesaikan konflik Israel-Palestina. Dalam Sidang Majelis Umum PBB berikutnya, Palestina diakui secara de facto sebagai negara merdeka, Senin (22/9/2025).

Pengakuan secara de jure masih menunggu keputusan Dewan Keamanan PBB. Hal ini makin menimbulkan keraguan, mengingat, hak veto Amerika Serikat (AS) kerap menghambat keputusan Dewan Keamanan PBB. Apalagi, Presiden AS Donald Trump telah menyatakan dengan tegas penolakannya akan kemerdekaan Palestina.

Perang hampir dua tahun tak mampu menaklukkan Gaza. Invasi Israel atas Gaza pun makin kehilangan arah. Kementerian Kesehatan di Gaza per 24 September 2025 menyebutkan, jumlah korban serangan menjadi 65.419 syuhada dan 167.160 luka-luka sejak 7 Oktober 2023 (Risalah Amar).

Korban perang tak hanya di pihak Gaza, tetapi juga pemukim hingga rongrongan dalam negeri tak terelakkan. Dulu, pemukim menganggap apa yang dilakukan otoritas Israel benar. Kini, mereka mempertanyakan karma yang dirasa mulai berjalan. Serangan Iran sebelumnya sempat memporak-porandakan wilayah pemukim.

Pada akhirnya, pemukim turut merasakan ketakutan dan kelaparan seperti yang dirasakan warga Gaza. Mereka juga merasakan bagaimana diusir dan diteriaki tatkala melarikan diri ke Eropa akibat memanasnya perang 12 hari Iran-Israel. Pengangguran makin meluas hingga tuntutan gencatan senjata terus menggema.

Tekanan dari dalam maupun luar negeri untuk melakukan gencatan senjata tak dihiraukan Netanyahu. Parahnya, Israel menyerang Doha, ibu kota Qatar saat pimpinan Hamas sedang melakukan perundingan terkait proposal gencatan senjata yang diajukan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.

Baca juga: https://www.kompasiana.com/ikhty85/68c438c8c925c4428a479072/doha-qatar-diserang-gencatan-senjata-hanyalah-pepesan-kosong

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline