Lihat ke Halaman Asli

Ikhsan Maulana Yusuf

Pembelajar, Mahasiswa biasa. Mahasiswa UM Purwokerto

Tipe Cinta: Eros, Philia, Senia, dan Agape

Diperbarui: 20 Mei 2020   10:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cinta merupakan kekuatan yang paling pokok dalam melakukan segala sesuatu. Semua orang tidak akan terlepas dari cinta. Manusia ada dan lahir karena buah dari cinta. 

Seseorang pernah mengalami cinta, seseorang selalu merasakan cinta, seseorang hidup karena adanya cinta, seseorang tak dapat melupakan cinta, seseorang mengabaikan dan lalai akan hadirnya cinta. Oleh karena cinta, semuanya bisa terjadi. Apapun itu, perihal cinta bukan hanya dipandang secara subyektif, akan tetapi cinta menjalar dari segala arah.

Menyinggung berkenaan dengan cinta, tentunya tidak terasa asing lagi. Pada forum diskusi sahabat pergerakan: Ngobrol Asyik, Fajar S.P. menyapa hangat untuk para peserta diskusi dari gadgetnya. Membincang tema yang relevan dan menarik, Cinta dan Luka di Musim Pandemik. Beliau mengetengahkan sub tema dengan memakai pendekatan teori Yunani, meskipun situasi ramadhan tapi teori umum seperti ini akan sangat mudah dijangkau.

Tenaga kesehatan berjibaku menyelamatkan korban Covid-19, impactnya dirasakan oleh semua kalangan masyarakat. Kesehatan, sektor formal dan informal perekonomian, sekolah maupun kampus, buruh pekerja harian, pekerjaan tetap, dan sebagainya. Sehingga mutualisme antara manusia dengan Covid-19 tidak dibenarkan, tetapi peran dari Covid-19 pada sebagian orang akan bersandar pada cinta. 

Pertanyaannya: yang demikian, termasuk cinta yang tergolong seperti apa? Apa esensi cinta yang sesungguhnya? Bagaimana menyelaraskan cinta dengan kehidupan kita?

Covid-19 adalah momen yang paling tepat untuk mengukur bagaimana lokus pada laku keseharian kita, bagaimana kadar cinta yang semestinya diidamkan selama ini. Namun kali ini tidak membahas semua aspek yg terdampak oleh virus corona tadi. Tetkala membicarakan cinta secara universal itu banyak macam jenisnya.

"Akan tetapi cinta yang ekuivalen adalah cinta pada yang terletak pada welas asih, yang tidak terbatas personal yang menyangkut dua insan dimabuk asmara dan lainnya," ujar Fajar.

Fajar menekankan bahwa cinta pada welas asih merupakan penginterpretasian gagasan dari filsuf dan sufi besar. Orang yang di dalam batinnya banyak menghadirkan cinta, tentu akan sangat sulit untuk melakukan kejahatan, kekerasan dan semacamnya. Cinta adalah energi atau dorongan. Jika di dalam batin kita banyak mendapat dorongan mengenai cinta, maka ekspresi di dalam diri kita secara tidak sadar membentuk ekspresi welas asih.

Semestinya, hadirnya cinta di dalam diri akan sangat menentukan perilaku terhadap orang lain di kehidupan sehari-hari. Atau kita dengan lugas menyebutnya, moral atau akhlaknya amat bergantung pada kadar cinta yang dimiliki oleh seseorang.

Tipe Cinta, Sebagai Ekspresi Kepedulian

"Akhlak atau moral, merupakan prasyarat di dalam kehidupan sosial yang sangat menentukan rukun atau tidaknya suatu entitas atau kelompok sosial. Diantara ekspresi cinta yang esensial yaitu tentang kepedulian, karena tidak bisa seseorang dapat mencintai orang lain tapi tanpa memiliki kepedulian. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline