Lihat ke Halaman Asli

Cerpen | Penyiram Bunga

Diperbarui: 19 Maret 2020   01:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

(Dimuat dalam buku kumpulan cerpen "Soejinah"

Embun belum lagi beranjak menyiram pagi di belantara rerumputan hijau, sementara kabut menghadirkan sosok perempuan cantik penyiram bunga. Dingin baru saja mengendap di telapak kaki, dan kehangatan liriknya membuatku terperanjat. Siapakah dia? Apakah dia seorang gadis remaja atau perempuan dewasa.

               Pagi itu adalah pagi ketiga aku duduk di bangku teras rumah sahabatku. Dari depan teras terdengar pintu terkuak. Dengan sedikit rasa penasaran, aku melirik seorang perempuan yang sedang berjalan menunduk, sambil membawa botol penyiram bunga. 

                Perempuan berparas sunda itu, mempunyai kulit seputih salju. Matanya berbinar biru, jika terpantul cahaya mentari. Entah kenapa tiba – tiba hatiku merekah seperti bunga - bunga yang disiraminya. Sungguh pagi yang menggetarkan. Tak pudar senyumku memandang perempuan cantik itu.

“Ri…” teriakku memanggil sahabatku.

“Kenapa Dan?” tanyanya.

“Aku jatuh cinta.” jawabku dengan wajah memerah.

“Ya sudah, nanti dulu ya! Aku berpakaian dulu.”

                  Seiring itu kesenyapan menyergap. Perlahan aku melangkah menuju tirai jendela. Dari balik tirai jendela, kuintip perempuan penyiram bunga. 

“Aduhai, putih sekali kulitnya! Seakan matahari tak pernah menyengatnya! Biru bola matanya pun membuat mataku tak berkedip memandanginya. Sungguh sempurna perempuan itu. Meliriklah padaku! Aku ada di balik jendela ini, sedang memperhatikanmu. Segeralah menengok padaku, atau jadikan saja aku botol yang kau genggam untuk menyirami bunga - bunga layu itu. Akan kusirami bunga-bunga layumu dengan air dari surga cinta. Maka kuatkanlah genggaman jemarimu untukku, wahai perempuan bermata embun.” ujarku dalam hati.

“Ada apa, Sahabat? Hmm, jadi perempuan ini! Ha ha ha.” Ari menepuk bahuku, mengaburkan lamunan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline