Lihat ke Halaman Asli

Djamaluddin Husita

TERVERIFIKASI

Memahami

Filosofi "Sportivitas" dan "Fair Play" dalam Mengungkap Tragedi Kanjuruhan

Diperbarui: 8 Oktober 2022   01:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua orang perempuan berdoa di monumen Singo Tegar tepat di hari kedua pasca tragedi yang terjadi pada pekan ke-11 Liga 1 2022-2023 seusai pertandingan bertajuk Derbi Jawa Timur, Arema FC melawan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan Kepanjen, Kabupaten Malang. (Foto: KOMPAS.com/SUCI RAHAYU) 

Tragedi Kanjuruhan termasuk tragedi kemanusiaan terbesar dalam dunia sepakbola. Sebab lebih dari 100 Aremania meninggal dunia akibat kerusuhan yang terjadi setelah lanjutan liga 1 BRI antara Arema Malang dengan Persebaya Surabaya. 

Dalam dunia sepakbola atau olah raga apapun, satu orang saja jatuh korban jiwa sudah sangat memprihatinkan. Apalagi lebih 100 orang, konon sampai 131 orang yang dipublikasikan.

Sebagaimana kita ketahui, tragedi tersebut telah menjadi perbincangan dunia. Presiden FIFA Goanni Infan Rino dalam laman FIFA menyampaikan ikut prihatin dan belangdukawa mendalam. 

"Ini adalah hari yang gelap bagi semua yang terlibat dalam sepak bola dan sebuah tragedi yang sungguh tidak terbayangkan." Sebut Presiden FIFA seperti yang dimuat website resmi FIFA.

Selain itu, hampir semua klub-klub terkenal dunia juga telah menyampaikan belangsungkawa. Baik lewat mengheningkan cipta sebelum pertandingan dimulai juga menaikan bendera klub setengah tiang sebagai ikut berduka. Termasuk komentar tanggapan atas peristiwa tragis tersebut.

Bahkan ada sporter beberapa klub bola dunia membentang ucapan ikut duka cita dan solidaritas seperti spanduk dukungan untuk Aremania dibentangkan oleh suporter Bayern sebelum laga Bayern melawan Viktoria Plzen di ajang Liga Champions, Rabu (5/10/2022) dini hari WIB.

Sampai hari ini peristiwa yang mengerikan itu sudah memasuki minggu kedua. Sejumlah pejabat mulai presiden, pejabat tingkat menteri, ketum PSSI, Gubernur dan pejabat lainnya telah berkunjung ke Stadion Kanjuruhan.

Serta, telah mendatangi kediaman korban termasuk memberi santunan. Bahkan pemerintah sudah membentuk Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Tragedi Kanjuruhan.

Namun demikian, banyak pihak yang menyesalkan terlambatnya penetapan tersangka. Semestinya, tragedi yang menghebohkan dunia itu, secepatnya ditetapkan tersangka dan langsung disidangkan.

Bahkan dalam sebuah diskusi panas di Metro tv tentang tragedi kanjuruhan (Kamis malam, 6/10) salah seorang pengamat sepakbola mengatakan, dari segi hukum sepakbola karena pertandingan merupakan pertandingan resmi semestinya tidak melokalisasi masalah hanya menyalahkan panpel oleh tim investigasi. Prasangkanya hanya ingin melokalisir yang salah sampai panpel saja. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline