Lihat ke Halaman Asli

Y. Edward Horas S.

TERVERIFIKASI

Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Lelaki Tidak Suka Sepak Bola, Tidak Apa-apa Kan?

Diperbarui: 6 Mei 2021   09:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi sepak bola, sumber: Liputan6.com/Abdillah

Di Kompasiana, ada dua kanal yang saya tidak bisa dan tidak suka menulisnya. Pertama, politik. Politik itu lebih memikat jika pembahasannya menyebut nama orang dan partai. Apalagi tokoh politik yang sedang ramai diperbincangkan. Itu jumlah pembacanya bisa selangit.

Meskipun saya tergiur dengan besaran K-Rewards yang berpotensi banyak didapat, tetap saja saya selalu mengurungkan niat untuk menulisnya. Pesan ibu, hati-hati jika mengulas tentang seseorang. Jika salah-salah dan orang itu tersinggung, kita bisa dituntut pencemaran nama baik. Demikianlah, saya tidak menyentuh kanal politik sama sekali.

Kedua adalah bola. Ini kehendak pribadi. Saya tidak punya pengetahuan tentang bola. Berapa jumlah kesebelasan di Indonesia, saya tidak tahu. Ketika piala dunia digelar, saya pun tidak tertarik. Intinya, tidak ada yang mampu menggerakkan saya untuk sedikit saja melirik soal bola.

Pergaulan dengan teman

Saat ini, ketika bermain ke rumah teman, di sana tersedia PS4 dan permainan yang acap kali dimainkan adalah sepak bola. Teman-teman saya akan berkumpul, bahkan dari jauh, untuk bermain bola bersama. Ada canda tawa di sana ketika saling mengejek tentang kebodohan masing-masing. Saya ikut tertawa dan memang menghibur.

Berkali-kali salah seorang teman mengajak saya untuk bermain. Saya menolaknya dengan senyuman. Ingin ia mengajarkan cara bermain -- jika saya tidak tahu -- tetapi tetap, saya tidak menggubris. Kalau saya ikut menonton mereka bermain, semata-mata karena bentuk kebersamaan saya sebagai seorang teman.

Saya lebih memilih menghabiskan waktu menikmati buku. Jika bosan, saya membaca berita di portal daring. Jika ada inspirasi, saya menuliskannya di Kompasiana. Hobi yang begitu saya gemari.

Luka masa kecil

Waktu kecil, saya pernah diajak bermain sepak bola oleh teman SD. Kami bergegas ke lapangan bola dekat rumah sore itu dan saya terpilih sebagai pemain belakang. Dengan polos saja, saya mengiyakan posisi itu.

Selama bermain, saya tidak pandai menggiring bola. Saya dalam posisi menunggu. Bila bola datang, saya usahakan menggocek lawan dan jika terdesak, saya umpankan bola ke penjaga gawang.

Nahasnya, ada seorang teman -- saat itu sebagai penyerang -- merasa sepanjang permainan tidak pernah mendapat umpan dari saya. Seusai bermain, ia mendatangi saya. Ia memarahi saya. Ia mengajak bertengkar. Suara bentakannya kencang sekali.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline