Lihat ke Halaman Asli

Heri Al Bantani

Reseacher Publik | Pegiat Literasi Tangerang | The Young Entrepenuer | Founder Sekuy Peduli Indonesia | Ketua Umum Korpu Indonesia

Dialektika Akal dalam Memahami Realitas Gaib & Mistis

Diperbarui: 12 Agustus 2025   01:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Sumber : pinters"

Semakin Paham Mistis & Hal Gaib, Seseorang Harusnya Semakin Logis cara berpikirnya.
___________________________

Ada sebuah paradoks yang indah dalam perjalanan manusia memahami yang tak kasatmata justru ketika seseorang semakin mendalami hal-hal mistis dan gaib, pikirannya justru semakin terasah lebih logis, lebih cerdas, dan lebih bijak.

Mengapa demikian?  

Karena keyakinan sejati tidak dibangun di atas kegelapan, tetapi pada cahaya pemahaman. Syarat yakin sebagaimana diajarkan oleh para arifbillah harus memenuhi tiga hal terlihat oleh mata (atau panca indra), terasa oleh hati, dan terpahami oleh akal. Tanpa ketiganya, keyakinan hanyalah dogma buta atau takhayul yang rapuh.  

Orang yang sungguh-sungguh menelusuri dunia gaib tidak akan puas hanya dengan cerita-cerita menakutkan atau pengalaman samar. Ia akan berusaha memahami, mengurai, dan mencari makna di balik setiap kejadian yang melampaui nalar biasa. Ia bertanya Apa hakikat dari ini? Bagaimana menjelaskannya tanpa terjebak dalam ketakutan atau khayalan belaka ? 

Pengalaman mistis entah itu mimpi yang terwujud, firasat yang tepat, atau peristiwa di luar hukum alam jika direnungkan dengan akal yang jernih, justru akan melahirkan kebijaksanaan. Karena ia tidak hanya merasakan, tapi juga menalar. Ia tidak hanya percaya, tapi juga mengerti bahkan memahami esensinya.  

Lihatlah para sufi, filsuf, atau ilmuwan besar yang mendalami spiritualitas. Mereka tidak terjebak dalam kepercayaan buta ( Taqlid Buta), tetapi justru menggunakan pengalaman batin sebagai pintu untuk memahami hukum-hukum semesta yang lebih dalam. Ibn Arabi berbicara tentang "akal yang tercerahkan", Maulana Rumi menulis syair tentang "cinta yang masuk akal", bahkan Albert Einstein sendiri dengan teori Relativitasnya mengakui bahwa "yang gaib adalah sumber segala ilmu pengetahuan sejati."

Maka, semakin seseorang serius menekuni hal-hal di balik tabir, semakin ia menghargai logika. Karena hanya dengan akal yang terang, ia bisa menerjemahkan pengalaman batinnya menjadi sesuatu yang bisa dibagikan bukan sebagai cerita hantu yang menggetarkan, cerita fiktif khayalan tapi sebagai hikmah yang mencerahkan.  

Pada akhirnya, kebenaran mistis dan kebenaran logis bukanlah musuh. Mereka adalah dua sungai yang bermuara pada samudera yang sama kebijaksanaan.

Dan orang yang berhasil memadukan keduanya dialah yang melihat dengan mata, merasakan dengan hati, dan memahami dengan akal. Dialah yang bisa membawa cahaya dari alam gaib ke dalam dunia nyata, tanpa takut, tanpa fanatisme, tapi dengan keyakinan yang terang dan pikiran yang jernih.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline