Lihat ke Halaman Asli

Herdy M. Pranadinata

Pendidik dan Penulis

Karena Habibie, Saya Menulis Kembali

Diperbarui: 11 September 2019   23:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendiang Prof BJ Habibie (kompas.com)

Adzan  maghrib baru saja berkumandang, ketika seorang lelaki kecil  bernyali besar  akhirnya berpulang. Lalu, kabar duka itu seketika memenuhi langit Indonesia,  dan dari Sabang hingga Merauke ratusan juta kepala tanpa diminta memanjatkan do'a. 

Lalu, semua tentang dirinya menjadi percakapan yang penuh makna meski dalam balutan luka. "Habibie adalah super hero yang selamatkan Indonesia dari kondisi nyaris di zona zero," gumam istriku, sambil palingkan tatapan haru dari televisi. 

Habibie memang adalah keajaiban dan kesempurnaan. Alloh menciptakanNya dengan kecerdasan di atas rata-rata, tak hanya cukup dengan itu, dalam hatinya juga dianugerahkan kesalehan yang hakiki. 

Ia juga yang dipilih takdir untuk menyelamatkan Indonesia dari kehancuran. Saat ia mengucap janji sebagai presiden setelah "sang guru" menyatakan berhenti, masih banyak orang yang tak percaya, ia mampu menjalankan misi yang teramat berat untuk menyelamatkan kapal yang hampir karam. 

"Wah kacau, Habibie gak akan sanggup jadi presiden, ia bukan orang Jawa dan bukanlah seorang ABRI," kembali terngiang ucapan seorang kawan berpuluh tahun silam

Nyatanya lelaki jenius itu mampu mementahkan ketidakpercayaan banyak orang, lewat tangan ajaibnya semua kemustahilan berhasil dipecahkan, ekonomi yang hancur lebur dengan nilai tukar dolar yang meroket berhasil dijinakannya hingga angka yang  rasional, demokrasi semu yang dibanggakan orde baru disulapnya menjadi demokrasi langsung dan Habibie lah yang membuka  jalan untuk semua itu. 

Di masanya pula kebebasan pers mulai dibuka, tokoh-tokoh politik dibebaskan dari penjara dan masih banyak lagi yang dilakukannya untuk selamatkan Indonesia di masa pemerintahannya yang hanya seumur jagung. 

Andai saja para lawan politiknya yang begitu membencinya saat itu, memberi ruang baginya untuk lebih lama menata Indonesia, bisa jadi akan banyak keajaiban lainnya yang dia cipta untuk tanah air yang begitu dicintainya 

Kepergian Habibie tentu saja meninggalkan luka yang dalam bagi kita, Alloh SWT memanggilnya tatkala Indonesia yang "diselamatkannya" masih mencari jalan yang tepat untuk menjadi besar. 

Ia tahu negeri yang dikasihinya masih merangkak dan mencoba berdiri dengan melepaskan semua beban, tetapi takdir tetaplah takdir, memang sudah waktunya ia pergi, menemui kekasih sejatinya Ainun Habibie. Selamat jalan Pahlawan, karenamu saya menulis lagi hari ini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline